1. Tips dan Trik
Untuk mengidentifikasi. Isi teks biografi pada dasarnya sama dengan
mengidentifikasi teks berita maupun iklan, yaitu dengan cara mengetahui
unsur-unsur pembentuk teks, seperti :
- What =
masalah/peristiwa apa yang menjadi topik pembicaraan dalam biografi
tersebut
- Who =
siapa yang diceritakan dalam teks biografi
- Why = mengapa
peristiwa tersebut bisa terjadi
- When = kapan
peristiwa tersebut terjadi
- Where = dimana
peristiwa tersebut terjadi
- How = bagaimana
peristiwa tersebut dapat terjadi
Kalimat adalah satuan bahasa yang
mengandung pikiran lengkap. Sebuah kalimat paling kurang mengandung subjek dan
predikat.
CIRI-CIRI KALIMAT FAKTA DAN OPINI
CIRI-CIRI KALIMAT FAKTA :
1.Dapat dibuktikan kebenarannya.
2. Memiliki data yang akurat
misalnya tanggal, tempat ,waktu kejadian.
3. Memiliki narasumber yang
dapat dipercaya.
4.Bersifat obyektif (apa
adanya dan tidak dibuat-buat) yang dilengkapi dengan data berupa keterangan
atau angka yang menggambarkan keadaan.
5.Sudah dipastikan kebenaranya.
6.Biasanya dapat menjawab
pertanyaan: apa, siapa, di mana, kapan, berapa dengan jawaban yang pasti.
7.Menunjukkan peristiwa telah
terjadi.
8.Kenyataan.
9.Informasi dari kejadian yang
sebenarnya.
10.Kalimat fakta adalah kalimat
yg mengedepankan fakta nyata dan hasil temuan, dan sering kali menggunakan
kutipan dari berbagai sumber sebagai penguat argumen, misalnya
"berdasarkan tulisan Leonardo Da Vinci...", "mengutip kata
Shakespeare...", "menurut hasil survey yang dilakukan oleh
BSI...", dll.11.Kalimat fakta itu kejadiannya sudah terjadi dan pasti dan
biasanya disertai dengan waktu kejadian. misalnya seperti "kebakaran yang
terjadi di tanah abang senin kemarin telah memakan 8 orang korban jiwa".
CIRI-CIRI KALIMAT OPINI
1.Tidak dapat dibuktikan
kebenaranya
2.Bersifat subyektif dan
dilengkapi uraian tentang pendapat, saran, atau ramalan tentang sebab dan
akibat terjadinya peristiwa.
3.Tidak terdapat narasumber/atas
pemikiran sendiri.
4.Tidak memiliki data yang
akurat.
5.Berisi tanggapan terhadap
peristiwa yang terjadi, berisi jawaban atas pertanyaan: mengapa, bagaimana,
atau lalau apa.
6.Menunjukkan peristiwa yang
belum atau akan tejadi pada masa yang akan datang (baru berupa rencana).
7.Kalimat opini itu belum pasti
kejadiannya.dan biasanya diawali dengan kata kata seperti "menurut
saya", "sepertinya", "saya rasa".
8.Pendapat atau argumen
seseorang.
9. Informasi yang belum
dibuktikan kebenarannya.
10.Biasanya menggunakan
kata-kata: bisa jadi, menurut, sangat, tidak mungkin, sebaiknya, atau seharusnya.
2. Gagasan Utama/ide pokok :
Pokok masalah yang mendasari
cerita yang bersifat abstrak/implisit atau tidak tampak dalam wacana, atau
kata–kata kunci yang terdapat dalam kalimat utama. Cara untuk mengetahui ide
pokok, yakni : Bacalah sebuah wacana kemudian tutuplah wacana tersebut. Cobalah
jawab pertanyaan ini "Paragraf tersebut membahas mengenai apa?" Nah,
jawaban itulah yang dinamakan ide pokok.
Kalimat utama atau disebut juga
dengan kalimat topik adalah kalimat yang mengandung gagasan utama mengenai
suatu topik yang sedang dibahas di dalam sebuah paragraf. Kalimat utama menjadi
acuan untuk mengembangkan suatu paragraf.
Ciri-ciri
kalimat utama:
1. Kalimat utama mengandung suatu
permasalahan yang bisa dikembangkan secara terperinci.
2. Kalimat utama merupakan suatu
kalimat yang utuh atau bisa berdiri sendiri tanpa adanya penghubung baik
penghubung antar kalimat maupun penghubung intra kalimat.
3. Biasanya kalimat utama
terletak di awal paragraf. Namun pada kalimat induktif kalimat utama terletak
di akhir suatu paragraf dan biasanya menggunakan kata-kata berupa: “Sebagai
kesimpulan, Jadi…, Dengan demikian…”
4. Mempunyai arti yang jelas
walaupun tanpa dihubungkan dengan kalimat lain.
Kalimat Penjelas
Kalimat penjelas adalah kalimat-kalimat
yang isinya merupakan penjelasan, uraian, atau berupa rincian-rincian detail
tentang kalimat utama suatu paragraf.
Lalu bagaiman cara membedakannya?
Untuk bisa membedakan kalimat utama dan penjelas, Pahamilah ciri-ciri kalimat
berikut.
Ciri-ciri
kalimat penjelas:
1. Berupa pendukung suatu kalimat
utama yang menyajikan deskripsi, contoh, perbandingan, alasan dan penjelasan
mengenai topic yang dibahas.
2. Merupakan kalimat yang tidak
dapat berdiri sendiri.
3. Kalimat penjelas memerlukan
kata-kata penghubung seperti “Bahkan, contohnya, terlebih lagi, misalnya,
contohnya dan lain-lain”. kalimat-kalimat penjelas membutuhkan kata penghubung
agar suatu paragraf menjadi Koherence atau berkesinambungan antar kalimat.
Kalimat
Utama :
Realisasi dari ide pokok yang
berupa pernyataan atau kalimat yang terletak di awal atau di akhir paragraf.
Kalimat Utama merupakan kalimat inti yang digunakan sebagai acuan pengembangan
menjadi sebuah paragraf.
Kesimpulan
:
Suatu pernyataan yang dibuat
berdasarkan ide pokok dan kata kunci dari kalimat penjelas dengan kalimat
sendiri.
3. Menentukan Simpulan dan Isi
Paragraf
Simpulan adalah hasil dari
menyimpulkan (kesimpulan).
Kesimpulan adalah ikhtisar,
pendapat terakhir yang berdasarkan pada uraian sebelumnya, dan keputusan yang
diperoleh berdasarkan metode berpikir induktif atau deduktif. (Sumber: KBBI).
Metode Analisis:
1
2
3
4
5
Keterangan:
Pada bagan di atas, sebuah
paragraf diibaratkan terdiri dari lima kalimat. Untuk menemukan simpulan
dan isi paragraf tersebut, perhatikan langkah-langkah berikut ini:
1. Fokuskan perhatian kita pada
kalimat terakhir (no.5), jika kalimat terakhir tersebut
mencakup
keseluruhan ide pada paragraf tersebut, maka kalimat terakhir tersebut
merupakan Simpulan dari paragraf tersebut.
2. Jika, pada kalimat terakhir
tidak mencerminkan ide yang mencakup seluruh gagasan
dari paragraf
tersebut, maka pengambilan kesimpulan dilakukan dengan menggunakan
kata-kata
kunci yang tersebar pada seluruh paragraf tersebut. Simpulan
juga dapat
diketahui dengan
menggunakan pertanyaan, Apa yang dibicarakan di dalam paragraf
tersebut.
4. Topik
Topik (bahasa Yunani:topoi)
adalah inti utama dari seluruh isi tulisan yang hendak disampaikan atau lebih
dikenal dengan topik pembicaraan. Topik adalah hal yang pertama kali ditentukan
ketika penulis akan membuat tulisan. Topik yang masih awal tersebut,
selanjutnya dikembangkan dengan membuat cakupan yang lebih sempit atau lebih
luas. Terdapat beberapa kriteria untuk sebuah topik yang dikatakan baik,
diantaranya adalah topik tersebut harus mencakup keseluruhan isi tulisan, yakni
mampu menjawabpertanyaan akan masalah apa yang hendak ditulis. Ciri
utama dari topik adalah cakupannya atas suatu permasalahan masih
bersifat umum dan belum diuraikan secara lebih
mendetail.
Cara Menentukan Persamaan Berita
Berita adalah pemaparan atau penjelasan dari seseorang atau lembaga yang
berkaitan mengenai suatu masalah yang patut diketahui secara umum atau orang
lain. Berita terdiri atas tiga pokok yaitu pendahuluan, rincian, dan
penutup. Media cetak setiap hari menyuguhkan berita nasional maupun
internasional. Berita – berita yang dimuat media cetak tersebut terkadang
menyuguhkan topik yang sama. Kesamaan topik dapat dipahami jika menyangkut
peristiwa sangat penting. Misalnya, peristiwa tsunami yang melanda Aceh diliput
dan dimuat oleh beberapa media cetak. Perbedaannya hanya terletak pada
gaya pemberitaannya, sedangkan isinya hampir sama. Kesamaan informasi dalam
teks berita dapat dilihat berdasarkan rumus 5W + 1H. Informasi yang sama
dalam dua teks berita dapat dicermati pada unsur what apa), who (siapa), when (kapan),
where (di mana), why (mengapa),
atau how (bagaimana). Dengan mencermati unsur – unsur dan
menyimpulkan isi berita , kita bisa dengan tepat menemukan informasi yang sama
dalam dua teks berita. Cara menyimpulkan isi berita adalah menyimak
berita secara keseluruhan dan lengkap dengan berkonsentrasi penuh,
memahami pokok-pokok berita dan menentukan pikiran utama, menyusun
pokok-pokok pikiran kembali dan menganalisis, menarik kesimpulan dari isi
berita.
Beberapa berita mungkin memiliki
persamaan-persamaan di dalam unsur-unsurnya,misalnya pada
waktu kejadian, gambaran proses terjadinya kejadian, para korban ataupun
pelaku kejadian, dan
unsur-unsur yang lain.
Perbedaan Penyajian Berita
Berita adalah informasi
baru atau informasi mengenai sesuatu yang sedang terjadi, disajikan lewat
bentuk cetak, siaran, internet , atau dari mulut ke mulut kepada orang ketiga
atau orang banyak.
5. Biografi adalah suatu buku yang menguraikan dan membahas
tentang riwayat hidup seorang tokoh. Biografi biasanya ditulis oleh orang lain.
Anda dapat mengungkapkan hal-hal yang menarik dari tokoh, diantaranya dengan:
- membaca dengan sungguh-sungguh buku yang
kita baca,
- mencari hal-hal positif dan negatif
(bila ada) dari tokoh tersebut,
- memfokuskan membaca pada
pengalaman-pengalaman menariknya misalnya, sang tokoh sekarang jadi
presiden padahal dahulu pernah menjadi tukang sayur, tetapi karena
kepandaiannya dia dapat sekolah dan menjadi orang penting sampai sekarang
ini.
Untuk dapat
mengungkapkan hal-hal yang menarik dari tokoh, ada baiknya bila Anda mengetahui
hal-hal berikut ini:
1.
mengetahui nama
lengkap tokoh,
2.
mencari tanggal
lahir, umur, alamat,
3.
pendidikan, misal
TK sampai Perguruan Tinggi,
4.
pengalaman kerja,
misal menjadi guru, tukang sayur, pegawai negeri,
5.
menuliskan
tanggal wafatnya …(jika sudah meninggal),
6.
keterangan yang
lain.
6. Salah satu strategi untuk
menentukan topik dan menuliskan editorial salah satunya dengan brainstorming.
Setiap idividu yang tergabung dalam dewan redaksi berdiskusi untuk menghasilkan
ide-ide yang lebih kreatif untuk dijadikan sebuah editorial. Dengan diskusi dan
bertukar pikiran diharapkan dapat membantu mendapatkan ide untuk penulisan
sebuah editorial, atau pendekatan apa yang akan digunakan saat membuat
editorial. Secara umum terdapat empat langkah yang mengatur editorial, yang
pertama adalah menentukan subyek dan menentukan posisi kita dalam satu subyek
tersebut kemudian menjelaskannya dalam bentuk pendahuluan. Berikutnya adalah
mendiskusikan mengenai sudut pandang. Langkah ketiga adalah membuktikan posisi
kita dengan memberikan poin-poin yang mendukung. Dan yang terakhir adalah
menarik kesimpulan.
7. Paragraf argumentasi adalah
salah satu jenis paragraf yang sering sekali kita temui dalam kehidupan
sehari-hari, seperti di dalam esai, tajuk atau wacana, dan teks-teks diskusi
lainnya.
Paragraf deskripsi adalah sebuah
paragraf yang menggambarkan atau melukiskan sebuah objek tertentu melalui
kata-kata yang bisa merangsang panca indera sehingga pembaca seolah-olah
melihat atau merasakan sendiri benda objek yang dideskripsikan oleh penulis.
Pengertian teks eksposisi adalah
paragraf ataukarangan yang terkandung sejumlah
informasi dan pengetahuan yang disajikan secara singkat, padat, dan akurat.
1. Definisi
Silogisme
Silogisme adalah suatu
proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua
proposisi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan).
2. Jenis-jenis
silogisme
a. Silogisme Katagorial
b. Silogisme Hipotetik
c. Silogisme Alternative
d. Entimen
e. Silogisme Disjungtif
Berikut ini adalah
pengertian dari jenis-jenis silogisme diatas :
a. Silogisme Katagorial
Silogisme
kategorial adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan kategorial.
Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat
dibedakan menjadi premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan
premis minor ( premis yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan di
antara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle term).
b. Silogisme Hipotetik
Yang dimaksud
dengan silogisme hipotetik itu adalah suatu argumen/pendapat yang premis
mayornya berupa proposisi hipotetik, sedangkan premis minornya adalah proposisi
katagorik.
c. Silogisme Alternatif
Silogisme
alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi
alternatif. Proposisi alternatif itu bila premis minornya membenarkan salah
satu alternatifnya.
d. Entimen
Silogisme ini
jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Baik dalam tulisan maupun lisan.
Yang dikemukakan hanya premis minor dan kesimpulannya.
e. Silogisme Disjungtif
Silogisme
Disjungtif merupakan silogisme yang premis mayornya merupakan disjungtif,
sedangkan premis minornya bersifat kategorik yang mengakui atau mengingkari
salah satu alternatif yang disebut oleh premis mayor.
3. Definisi
Generalisasi
Merupakan penalaran induktif
dengan cara menarik kesimpulan secara umum berdasarkan sejumlah data. Jumlah
data atau peristiwa khusus yang dikemukakan harus cukup dan dapat mewakili.
4. Definisi
Analogi
Analogi adalah penalaran
induktif dengan membandingkan dua hal yang banyak persamaannya. Berdasarkan
persamaan kedua hal tersebut, Anda dapat menarik kesimpulan.
Kesimpulan :
Suatu pernyataan yang dibuat
berdasarkan ide pokok dan kata kunci dari kalimat penjelas dengan kalimat
sendiri.
8. Tema
Tema berasal dari bahasa Yunani “thithenai”, berarti sesuatu yang telah
diuraikan.
Ciri-ciri tema, antara lain.
1. Dalam novel dan cerpen, tema biasanya dapat dilihat melalui persoalan yang
dikemukakan.
2. Tema juga dapat dilihat melalui cara-cara watak itu bertentangan satu sama
lain, bagaimana cerita diselesaikan.
3. Tema dapat dikesan melalui peristiwa, kisah, suasana dan unsur lain seperti
nilai kemanusiaan yang terdapat dalam cerita, plot cerita, perwatakan
watak-watak dalam sebuah cerita.
4. Makna tema lebih spesifik dan lebih terarah, dalam arti dalam satu tema
mewakili satu peristiwa atau kejadian dan dapat dipergunakan sebagai judul
karangan.
9. Paragraf padu merupakan
paragraf yang kalimat – kalimatnya tersusun atau terjalin dengan logis dan
serasi. Untuk membentuk suatu paragraf yang padu, kalimat – kalimat tersebut
harus disusun dengan urutan yang logis dan disambungkan dengan kalimat lainnya
dengan menggunakan konjungsi atau kata sambung.
Cara Menyusun Paragraf Padu
1. Mengulang kata atau kelompok kata yang telah disebutkan pada kalimat
sebelumnya.
2. Menggunakan kata penunjuk “itu”, “ini”, “tersebut”, dan lain-lain dan
menggunakan kata ganti orang.
3. Membangun urut-urutan ide yang logis.
4. Menggunakan kata sambung intra kalimat dan antar kalimat.
10. Contoh surat lamaran kerja
yang benar sesuai EYD
Yogyakarta, 7 Agustus 2014
Perihal
: Lamaran
Pekerjaan
Lampiran
: Satu berkas
Yth.
Manajer Personalia
PT. Cipta Karya Alam
Jl. Raya Kebun Anggur VI
Jakarta Pusat
Dengan hormat,
Berdasarkan iklan lowongan
pekerjaan yang termuat di harian Kedualatan Rakyat yang terbittanggal 29
Juni 2014 yang menyatakan bahwa PT.Cipta Karya Alam membutuhkan bagian
Staf Informatika, maka dengan ini saya:
nama
: Muhammad Andriyanto ,S.Kom.
tempat &tanggal lahir :
Gunungkidul, 5 Agustus 1992
pendidikan akhir :
Sarjana Komputer
alamat
: Umbulrejo, Ponjong, Gunungkidul,
Yogyakarta
Mengajukan permohonan untuk menjadi karyawan di perusahaan Anda.
Sebagai bahan pertimbangan, bersama ini saya lampirkan :
*Daftar Riwayat Hidup
*Fotokopi ijazah S-1 dan transkrip nilai
*Fotokopi sertifikat kursus/pelatihan
*Pas foto 3X4
*Fotokopi KTP
*SKCK dari POLRI
*Surat keterangan dokter
Besar harapan saya atas terkabulnya permohonan ini. Atas perhatian Anda, saya
ucapkan terimakasih.
Hormat saya
Muhammad
11. Tujuan paragraf ini adalah
untuk membujuk atau mempengaruhi pembacanya agar mempercayai dan melakukan apa
yang penulis sampaikan di dalam paragraf. Untuk mencapai tujuan ini, paragraf
persuasi harus disertai dengan bukti dan data-data pendukung yang kuat. Di
dalam paragraf persuasi banyak ditemukan kata-kata yang bersifat mengajak
seperti “ayo”, “mari”, dan “lakukanlah”. Paragraf ini banyak ditemukan di dalam
iklan, himbaun atau propaganda di media masa.
Ciri-ciri paragraf persuasi
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa paragraf persuasi
memiliki beberapa ciri-ciri sebagai berikut ini:
1. Dikarenakan tujuan utamanya untuk mempengaruhi pembaca, paragraf persuasi
memiliki alasan-alasan yang kuat disertai dengan data dan fakta.
2. Paragraf ini berusaha meyakinkan pembacanya untuk melakukan atau mempercayai
yang ditulis oleh penulis.
2. Paragraf persuasi banyak menggunakan kata-kata ajakan seperti ayo, mari,
lakukanlah, dan lain-lain.
3. Paragraf persuasi biasanya menghindari konflik agar kepercayaan
pembacanya tidak hilang dan supaya kesepakatan pendapat antara penulis dan
pembaca tercapai.
12. LANGKAH-LANGKAH
PERSIAPAN PENULISAN KARYA ILMIAH
Pada dasarnya, hal terpenting
yang harus dipikirkan oleh seorang penulis karya ilmiah pada tahap persiapan
ini adalah Pemilihan Topik. Yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan topik
adalah :
- Pemilihan Topik/ Masalah untuk Karya
Ilmiah
Ada beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan pada saat menentukan topik untuk karya ilmiah. Dalam
penulisannya harus mengikuti kaidah kebenaran isi, metode kajian, serta tata
cara penulisannya yang bersifat keilmuan. Salah satu cara untuk memenuhi kaidah
tersebut adalah dengan melakukan pemilihan topik yang jelas dan spesifik.
Pemilihan unuk kerya tulis ilmiah dapat dilakukan dengan cara;
- Merumuskan tujuan
Rumusan tujuan yang jelas dan
tepat menjadi sangat penting untuk dapat menghasilkan karya tulis ilmiah yang
terfokus bahasannya. Tips yang dapat dilakukan untuk merumuskan tujuan
diantaranya;
1) Usahakan
merumuskan tujuan dalam satu kalimat yang sederhana;
2) Ajukan pertanyaan
dengan menggunakan salah satu kata tanya terhadap rumusan yang kita buat;
3) Jika kita dapat
menjawab dengan pasti pertanyaan-pertanyaan yang kita ajukan, berarti rumusan
tujuan yang kita buat sudah cukup jelas dan tepat.
b. Menentukan
Topik
Langkah pertama yang harus
dilakukan dalam menentukan topik adalah menentukan ide-ide utama. Kemudian uji
dan tanya pada diri sendiri apakah ide-ide itu yang akan kita tulis.
c. Menelusuri
Topik
Bila topik telah ditentukan, kita
masih harus memfokuskan topik tersebut agar dalam penulisannya tepat sasaran.
Beberapa langkah yang dapat ditempuh dalam memfokuskan topik;
1) Fokuskan
topik agar mudah dikelola;
2) Ajukan
pertanyaan
- Mengidentifikasi Pembaca Karya Ilmiah
Kewajiban seorang penulis karya
ilmiah adalah memuaskan kebutuhan pembacanya akan informasi, yaitu dengan cara
menyampaikan pesan yang ditulisnya agar mudah dipahami oleh pembacanya. Sebelum
menulis, kita harus mengidentifikasi siapa kira-kira yang akan membaca tulisan
kita. Hal tersebut perlu dipertimbangkan pada saat kita menulis karya tulis
ilmiah agar tulisan kita tepat sasaran.
- Menentukan Cakupan Isi Materi Karya
Ilmiah
Cakupan materi adalah jenis dan
jumlah informasi yang akan disajikan di dalam tulisan.
II. PENGUMPULAN INFORMASI UNTUK
PENULISAN KARYA ILMIAH
A. MEMANFAATKAN
PERPUSTAKAAN SEBAGAI SUMBER DATA, INFORMASI, DAN BAHAN UNTUK TULISAN
Perpustakaan pada umumnya
menyediakan berbagai koleksi data atau informasi yang terekam dalam berbagai
bentuk media, seperti media cetak dan media audiovisual. Hal pertama yang harus
kita lakukan pada saat memasuki perpustakaan adalah memahami di mana letak
sumber informasi yang dibutuhkan berada. Salah satu tempat yang patut kita tuju
adalah bagian referensi. Bagian referensi ini biasannya berisi koleksi tentang
encyclopedia, indeks, bibliografi, atlas dan kamus.
1. Mencari Buku
dengan Online Catalog dan Card Catalog
Pencarian buku dengan cara Online
Catalog biasanya menggunakan terminal komputer. Kita dapat mencari buku dengan
judul dan nama penulis yang jelas atau minta kepada komputer untuk mencarikan
file-file yang berkaitan dengan topik yang sedang kita tulis.
Selain menggunakan komputer, kita juga dapat menggunakan Card Catalog untuk
mencari buku atau artikel yang kita butuhkan. Pada umumnya, buku koleksi
perpustakaan didata dalam 3 (tiga) jenis kartu katalog, yaitu katalog yang
berisi data tentang pengarang/ penulis, judul buku dan subjek/ topik tertentu.
2. Memeriksa
Bahan-Bahan Pustaka yang Telah Diperoleh
Setelah bahan pustaka terkumpul
kita harus memeriksa bahan-bahan tersebut apakah sesuai atau tidak dengan topik
yang kita tulis. Cara memeriksa bahan pustaka tersebut adalah;
a. Atur waktu
membaca
b. Bacalah
secara selektif
c. Bacalah
secara bertanggung jawab
d. Bacalah
secara kritis
3. Membuat
Catatan dari Bahan-bahan Pustaka
Salah satu cara terbaik dan
paling sederhana dalam membuat catatan ini adalah selalu mengacu pada kartu
indeks yang telah kita buat.
4. Membuat
Ringkasan dan ‘Paraphrasing’
Disamping membuat catatan, kita
pun dapat membuat ringkasan atau paraphrasing dari sumber bacaan yang
kita dapatkan di dalam menunjang keberhasilan proyek tulisan kita
5. Membuat
Kutipan
Kita harus mengutip dengan persis
dan apa adanya pernyataan dari sumber bacaan yang kita gunakan jika pernyataan
tersebut merupakan pandangan mendasar dari penulis dan jika kita ubah ke dalam
bahasa kita sendiri akan mengaburkan arti sesungguhnya.
B. MELAKUKAN
WAWANCARA UNTUK MENDAPATKAN INFORMASI UNTUK TULISAN
Ada empat hal yang harus
diperhatikan pada saat akan melakukan wawancara untuk keperluan proyek
penulisan karya ilmiah, yaitu;
1. Menentukan
orang yang tepat untuk diwawancarai
2.
Mempersiapkan pedoman wawancara
3. Melaksanakan
wawancara
4. Mengolah
hasil wawancara
TAHAP PROSES PENULISAN
Tahap Penulisan merupakan
perwujudan tahap persiapan ditambah dengan pembahasan yang dilakukan selama dan
setelah penulisan selesai.
1. Pemilihan dan pembatasan
topik
2. Merumuskan tujuan
3. Mempertimbangkan bentuk
karangan
4. Mempertimbangkan pembaca
5. Mengumpulkan data
pendukung
6. Merumuskan judul
7. Merumuskan tesis
8. Penyusunan ide dalam
bentuk karangan atau outline
Pemilihan Topik
Tahap Penulisan Draf
–
Mengekspresikan ide-ide ke dalam tulisan kasar.
–
Pengembangan ide masih bersifat tentatif.
–
Pada tahap ini, konsentrasikan perhatian pada ekspresi/gagasan, bukan pada
aspek-aspek mekanik.
–
Memperbaiki ide-ide dalam karangan, berfokus pada penambahan, pengurangan,
penghilangan, penataan isi sesuai dengan kebutuhan pembaca.
–
Kegiatan: (a) membaca ulang seluruh draf, (b) sharing atau
berbagi pengalaman tentang draf kasar karangan dengan teman, (c) merevisi
dengan memperhatikan reaksi, komentar/masukan.
–
Memperbaiki perubahan-perubahan aspek mekanik karangan.
–
Memperbaiki karangan pada aspek kebahasaan dan kesalahan mekanik yang lain.
–
Aspek mekanik antara lain: huruf kapital, ejaan, struktur kalimat, tanda baca,
istilah, kosakata, format karangan.
–
Tulisan akan berarti dan lebih bermanfaat jika dibaca orang lain.
–
Sesuaikan tulisan dengan media publikasi yang akan kita tuju.
TAHAP EVALUASI
Tahap terakhir yaitu verifikasi
atau evaluasi, apa yang dituliskan sebagai hasil dari tahap iluminasi itu
diperiksa kembali, diseleksi, dan disusun sesuai dengan fokus tulisan. Mungkin
ada bagian yang tidak perlu dituliskan, atau ada hal-hal yang perlu
ditambahkan, dan lain-lain. Mungkin juga ada bagian yang mengandung hal-hal
yang peka, sehingga perlu dipilih kata-kata atau kalimat yang lebih sesuai,
tanpa menghilangkan esensinya.
Ada lima kriteria yang bisa kita
gunakan untuk mengevaluasi setiap bagian dari menulis sebagai berikut :
Fokus.
Apa yang Anda menulis tentang?
Apa klaim atau tesis Anda membela? Kriteria ini adalah yang luas, berkaitan
dengan konteks, tujuan, dan koherensi dari sepotong tulisan. Apakah topik Anda
sesuai untuk tugas? Apakah Anda tetap pada topik itu atau terlena pada garis
singgung tidak membantu? Apakah Anda berfokus terlalu teliti atau terlalu
banyak? Misalnya, esai tentang Perang Saudara Amerika pada umumnya mungkin
terlalu luas untuk esai perguruan tinggi yang paling. Anda mungkin akan lebih
baik menulis tentang pertempuran tertentu, umum, atau kejadian.
Pembangunan.
Pembangunan berkaitan dengan
rincian dan bukti. Apakah Anda menyediakan cukup bahan pendukung untuk memenuhi
harapan pembaca Anda? Sebuah laporan penelitian yang tepat, misalnya, biasanya
mencakup banyak referensi dan kutipan untuk banyak karya lain yang relevan
beasiswa. Sebuah deskripsi lukisan mungkin akan mencakup rincian tentang,
komposisi penampilan, dan bahkan mungkin informasi biografis tentang seniman
yang melukisnya. Memutuskan apa rincian untuk menyertakan tergantung pada
penonton dimaksudkan sepotong. Sebuah artikel tentang kanker ditujukan untuk
anak-anak akan terlihat sangat berbeda dari satu ditulis untuk warga senior.
Organisasi
Organisasi, sering disebut
“pengaturan,” menyangkut ketertiban dan tata letak kertas. Secara tradisional,
kertas dibagi menjadi, tubuh kesimpulan pengenalan, dan. Paragraf terfokus pada
gagasan utama tunggal atau topik (kesatuan), dan transisi di antara kalimat dan
paragraf yang halus dan logis. Sebuah rambles kertas kurang terorganisir,
melayang di antara topik yang tidak berhubungan dengan cara serampangan dan
membingungkan.
Gaya
Gaya secara tradisional berkaitan
dengan kejelasan, keanggunan presisi, dan. Sebuah stylist yang efektif tidak
hanya mampu menulis dengan jelas untuk penonton, tetapi juga bisa menyenangkan
mereka dengan bahasa menggugah, metafora, irama, atau kiasan. Penata Efektif
bersusah payah tidak hanya untuk membuat titik, namun untuk membuatnya dengan
baik
Konvensi
Kriteria ini meliputi tata
bahasa, mekanik, tanda baca, format, dan isu-isu lain yang ditentukan oleh
konvensi atau aturan. Meskipun banyak siswa berjuang dengan konvensi,
pengetahuan tentang di mana untuk menempatkan koma dalam sebuah kalimat
biasanya tidak sepenting apakah kalimat yang berharga untuk menulis di tempat
pertama. Namun demikian, kesalahan yang berlebihan dapat membuat bahkan seorang
penulis brilian tampak ceroboh atau bodoh, kualitas yang jarang akan terkesan
pembaca seseorang.
13. PENGERTIAN FRASA
Adalah kelompok kata / gabungan
dua kata atau lebih yang membentuk satu kesatuan dan memiliki satu makna
gramatikal
Ciri-ciri Frasa
- terbentuk atas dua kata atau lebih dalam
pembentukannya.
- menduduki fungsi gramatikal dalam
kalimat.
- mengandung satu kesatuan makna
gramatikal.
- bersifat nonpredikatif.
Contoh Frasa
- gunung tinggi
- guru bahasa Indonesia
- dengan tangan kiri
- tidak harus belajar
- membanting tulang
- ayah ibu
- kepada orang tua
KATEGORI FRASA
- Berdasarkan jenis/kelas kata frasa
terbagi menjadi :
l Frasa nominal, yaitu
frasa yang unsur pembentukannya berinti kata benda.
Dapat berfungsi menggantikan kata benda.
Contoh : buku
tulis
lemari
besi
ibu
bapak
l Frasa verbal, yaitu
frasa yang unsur pembentukannya berinti kata kerja.
Dapat berfungsi menggantikan kedudukan kata kerja dalam kalimat.
Contoh :
sedang belajar
akan
datang
belum
muncul
baru
menyadari
tidak
mandi
l Frasa ajektiva,
yaitu frasa yang unsur pembentukannya berinti kata sifat.
Contoh :
cukup pintar
tidak
cantik
hitam
manis
murah
sekali
agak
jauh
l Frasa preposisional,
yaitu frasa yang unsur pembentukannya menggunakan kata depan.
Contoh
: di
rumah
dari
Bandung
ke
pantai
dengan
tangan kiri
oleh
mereka
kepada
nenek
- Berdasarkan fungsi unsur pembentuknya
frasa terbagi menjadi :
l Frasa endosentris,
yaitu frasa yang unsur-unsurnya berfungsi diterangkan dan menerangkan (DM) atau
menerangkan dan diterangkan (MD).
contoh :
kuda hitam (DM)
anak
ayam (DM)
sudah
datang (MD)
dua
orang (MD)
l Macam-macam frasa endosentris:
1) Frasa
atributif, yaitu frasa yang unsur pembentukannya menggunakan pola DM atau MD.
contoh :
ibu kandung (DM)
rumah
ibu (DM)
tiga
ekor (MD)
seorang
anak (MD)
rumah
bersejarah (MD)
2) Frasa
apositif, yaitu frasa yang salah satu unsurnya (pola menerangkan) dapat
menggantikan kedudukan unsur intinya (pola diterangkan).
contoh :
Farah, si penari ular sangat
cantik.
D
M
Yanto,
anak Pak Lurah lulus ujian
D
M
SPMB.
3) Frasa
koordinatif, yaitu frasa yang unsur-unsur pembentuknya menduduki fungsi inti
(setara).
contoh
: ayah ibu
susah senang
warta berita
sunyi sepi
tua muda
4) Frasa
eksosentris, yaitu frasa yang salah satu unsur pembentuknya menggunakan kata
tugas.
contoh :
dari Bandung
kepada
teman
di
kelurahan
ke
atap rumah
pada
malam hari
- Berdasarkan satuan makna yang dikandung
/ dimiliki unsur-unsur pembentuknya frasa terbagi menjadi :
l Frasa biasa, yaitu
frasa yang hasil pembentukannya memiliki makna sebenarnya (denotasi).
contoh : Ayah membeli kambing hitam.
Meja hijau itu milik adik.
l Frasa idiomatik,
yaitu frasa yang hasil pembentukannya menimbulkan/memiliki makna baru atau
makna yang bukan sebenarnya (makna konotasi).
Contoh : Pak Aldin membanting tulang demi
memenuhi kebutuhan keluarganya.
Orang
tua Lintang baru kembali dari
Amerika.
l Frasa idiomatik,
yaitu frasa yang hasil pembentukannya menimbulkan/memiliki makna baru atau
makna yang bukan sebenarnya (makna konotasi).
Contoh : Pak Aldin membanting tulang demi
memenuhi kebutuhan keluarganya.
Orang
tua Lintang baru kembali dari
Amerika.
l Sebuah frasa dapat
dibentuk oleh dua buah kata atau lebih yang dapat disisipi kata lain.
Contoh : orang tua → orang yang tua
meja
hijau → meja yang hijau
l Sebuah frasa dapat
sebagai konstruksi sintaksis.
Contoh : Anak Pak Lurah / sangat cantik.
Gadis
yang berwajah ayu / baru
datang / dari
Jawa.
FRASA AMBIGU
Frasa ambigu yaitu frasa yang
menimbulkan makna ganda dalam pemakaian kalimat.
14. Definisi ( Pengertian )
Klausa
Arti Klausa adalah satuan
gramatik yang terdiri atas S–P baik disertai O, PEL, dan KET maupun tidak.
Dengan ringkas, klausa ialah S P (O) (PEL) (KET). Tanda kurung menandakan bahwa
yang terletak dalam kurung itu bersifat manasuka, artinya boleh ada, boleh juga
tidak ada.
Contoh:
Ketika orang-orang mulai menyukai
ayam bekisar, Edwin sudah memelihara untuk dijual di pasaran.
Kalimat di atas terdiri dari
empat klausa, yaitu:
1. (ketika) orang-orang mulai
(S–P);
2. menyukai ayam bekisar (P–O);
3. Edwin sudah memelihara (S–P);
dan
4. untuk dijual di pasaran
(P–Ket.).
I. Klausa Berdasarkan Kategori
Kata atau Frasa
Perhatikan kalimat di bawah ini!
Toni belum sempat mengunjungi
kakeknya kemarin.
Klausa kalimat tersebut jika
dianalisis secara fungsional, hasilnya sebagai berikut.
II. Klausa Berdasarkan Struktur
Klausa dapat digolongkan
berdasarkan tiga dasar.
1. Klausa Berdasarkan Struktur
Intern
Unsur inti klausa ialah S dan P.
Namun demikian, S sering kali dihilangkan dalam kalimat luas sebagai akibat
penggabungan klausa dan dalam kalimat jawaban. Klausa yang terdiri atas S dan P
disebut klausa lengkap, sedangkan klausa yang tidak ber-S disebut klausa tidak
lengkap.
Contoh:
- Din tidak masuk sekolah karena
din sakit.
Subjek din dalam anak kalimat
dapat dihilangkan akibat penggabungan klausa din tidak masuk sekolah dan din
sakit.
- Sedang bermain-main.
Sebagai jawaban pertanyaan
Anak-anak itu sedang apa? Klausa dibagi menjadi dua macam, yaitu klausa lengkap
dan klausa tidak lengkap. Klausa lengkap, berdasarkan struktur internnya, dapat
dibedakan menjadi dua golongan, yaitu klausa lengkap yang S-nya terletak di
depan P, dan klausa lengkap yang S-nya terletak di belakang P. Klausa yang
S-nya terletak di depan P disebut klausa lengkap susun biasa. Klausa lengkap
yang S-nya terletak di belakang P disebut klausa lengkap susun balik atau
klausa inversi.
Contoh:
Klausa lengkap susun biasa
Klausa lengkap susun balik
Klausa tidak lengkap sudah tentu
hanya terdiri atas unsur P, disertai O, PEL, atau KET.
Contoh:
e. sedang bermain-main
f. menulis surat
g. telah berangkat ke Jakarta
Klausa e terdiri atas P, klausa f
terdiri atas P diikuti O, dan klausa g terdiri atas P diikuti KET.
2. Klausa Berdasarkan Ada
Tidaknya Kata Negatif yang secara Gramatik Menegatifkan P
a. Klausa Positif
Klausa positif ialah klausa yang
tidak memiliki kata negatif yang secara gramatik menegatifkan P.
Contoh:
- Mereka diliputi oleh perasaan
senang.
- Mertua itu sudah dianggap
sebagai ibunya.
b. Klausa Negatif
Klausa negatif ialah klausa yang
memiliki kata-kata negatif yang secara gramatik menegatifkan P.
Kata-katanegatif itu ialah tiada, tak, bukan, belum, dan jangan.
Contoh:
- Orang tuanya sudah tiada.
- Yang dicari bukan dia.
3. Penggolongan Klausa
Berdasarkan Kategori Kata atau Frasa yang Menduduki Fungsi P
P mungkin terdiri atas kata atau
frasa golongan N, V, Bil, dan FD. Berdasarkan golongan atau kategori kata atau
frasa yang menduduki fungsi P, klausa dapat digolongkan menjadi empat golongan.
a. Klausa Nominal
Klausa nominal ialah klausa yang
P-nya terdiri atas kata atau frasa golongan N.
Contoh:
- Ia guru.
- Yang dibeli orang itu sepeda.
Kata golongan N ialah kata-kata
yang secara gramatik
mempunyai perilaku sebagai
berikut.
- Pada tataran klausa dapat
menduduki fungsi S, P, dan O.
- Pada tataran frasa tidak dapat
dinegatifkan dengan kata tidak, melainkan dengan kata bukan, dapat diikuti kata
itu sebagai atributnya, dan dapat mengikuti kata depan di atau pada sebagai
aksisnya.
b. Klausa Verbal
Klausa verbal ialah klausa yang
P-nya terdiri atas kata atau frasa golongan V.
Contoh:
- Petani mengerjakan sawahnya
dengan tekun.
- Dengan rajin, bapak guru
memeriksa karangan murid.
Kata golongan V ialah kata yang
pada tataran klausa cenderung menduduki fungsi P dan pada tataran frasa dapat
dinegatifkan dengan kata tidak. Misalnya kata-kata berdiri, gugup, menoleh,
berhati-hati, membaca, tidur, dan kurus.
Berdasarkan golongan kata verbal
itu, klausa verbal dapat digolongkan sebagai berikut.
1) Klausa verbal adjektif
Klausa ini P-nya terdiri atas
kata golongan V yang termasuk golongan kata sifat atau terdiri atas frasa
golongan V yang unsur pusatnya berupa kata sifat.
Contoh:
-- Udaranya panas sekali.
-- Harga buku sangat mahal.
2) Klausa verbal intransitif
Klausa ini P-nya terdiri atas
kata verbal yang termasuk golongan kata kerja intransitif atau terdiri atas
frasa verbal yang unsur pusatnya berupa kata kerja intransitif.
Contoh:
-- Burung-burung beterbangan di
atas permukaan air laut.
-- Anak-anak sedang bermain-main
di teras belakang.
3) Klausa verbal aktif
Klausa ini P-nya terdiri atas
kata verbal yang termasuk golongan kata kerja transitif atau terdiri atas frasa
verbal yang unsur pusatnya berupa kata kerja transitif.
Contoh:
-- Arifin menghirup kopinya.
-- Ahmad sedang membaca buku
novel.
4) Klausa verbal pasif
Klausa ini P-nya terdiri atas
kata verbal yang termasuk golongan kata kerja pasif atau terdiri atas frasa
verbal yang unsur pusatnya berupa kata kerja pasif.
Contoh:
-- Tepat di muka pintu, aku
disambut oleh seorang petugas.
-- Presiden dan Wakil Presiden
dipilih oleh MPR untuk jangka waktu lima tahun.
5) Klausa verbal yang refleksif
Klausa ini P-nya terdiri atas
kata verbal yang termasuk golongan kata kerja refleksif, yaitu kata kerja yang
menyatakan perbuatan yang mengenai pelaku perbuatan itu sendiri. Pada umumnya
kata kerja ini berbentuk kata kerja meN- diikuti kata diri.
Contoh:
-- Anak-anak itu menyembunyikan
diri.
-- Mereka sedang memanaskan diri.
6) Klausa verbal yang resiprokal
Klausa ini P-nya terdiri atas
kata verbal yang termasuk golongan kata kerja resiprokal, yaitu kata kerja yang
menyatakan kesalingan . Bentuknya ialah (saling) meN-, saling ber-an dengan
proses pengulangan atau tidak dan saling meN-.
Contoh:
-- Pemuda dan gadis itu
berpandang-pandangan.
-- Mereka saling memukul.
c. Klausa Bilangan
Klausa bilangan atau klausa
numeral ialah klausa yang P-nya terdiri atas kata atau frasa golongan bilangan.
Contoh:
- Roda truk itu ada enam.
- Kerbau petani itu hanya dua
ekor.
Kata bilangan ialah kata-kata
yang dapat diikuti oleh kata penyukat. rang, ekor, batang, keping, buah, kodi,
helai, dan masih banyak lagi. Misalnya kata satu, dua, dan seterusnya; kedua,
ketiga, dan seterusnya; beberapa, setiap, dan sebagainya; sedangkan frasa
bilangan ialah frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata bilangan,
misalnya dua ekor, tiga batang, lima buah, setiap jengkal, beberapa butir, dan
sebagainya.
4. Klausa Depan
Klausa depan atau klausa
preposisional ialah klausa yang Pnya terdiri atas frasa depan, yaitu frasa yang
diawali oleh kata depan sebagai penanda.
Contoh:
a. Kredit itu untuk para
pengusaha lemah.
b. Pegawai itu ke kantor setiap
hari.
Dalam kalimat tertentu, klausa
memiliki dua bagian, yakni klausa induk (induk kalimat) dan klausa subordinatif
(anak kalimat). Keberadaan klausa induk dan klausa anak ini mensyaratkan
konstruksi tataran sintaksis yang lebih besar.
Perhatikan contoh berikut ini!
Penggabungan klausa induk dan
klausa anak berarti klausa tersebut memasuki tahap struktur kalimat.
Penghubungan antar klausa ini mensyaratkan kehadiran konjungsi (kata sambung).
Dilihat dari perilaku sintaksisnya dalam kalimat, konjungsi dibagi menjadi
empat kelompok, yaitu konjungsi koordinatif (dan, serta, atau, tetapi, . . .);
konjungsi korelatif (baik . . . maupun . . .; entah . . . entah . . .; tidak
hanya . . ., tetapi juga . . .; . . .); konjungsi subordinatif (sejak, karena,
setelah, seperti, agar, dengan, . . . .); dan konjungsi antarkalimat (meskipun
demikian begitu, kemudian, oleh karena itu, bahkan, lagi pula, . . .).
Contoh:
a. Dia menangis dan istrinya pun
tersedu-sedu.
b. Entah disetujui entah tidak,
dia tetap akan mengusulkan gagasannya.
c. Narto harus belajar giat agar
naik kelas.
d. - Kami tidak sependapat dengan
dia. Kami tidak akan menghalanginya.
d. - Kami tidak sependapat dengan
dia. Biarpun begitu, kami tidak akan menghalanginya.
Konjungsi-konjungsi itu dapat
menghubungkan kata, frasa, ataupun klausa. Dalam hubungannya dengan kata dan
frasa, bentuk konjungsi bertindak sebagai preposisi. Dalam hubungannya dengan
klausa, bentuk konjungsi bertindak sebagai murni konjungsi. Dengan demikian,
kalimat frasa dan klausa pun dapat diidentifikasi.
Contoh:
Klausa Ibu tidak berbelanja
sebagai klausa induk dan klausa uangnya habis sebagai klausa anak. Konjungsi
karena sebagai konjungsi subordinatif-sebab yang menghubungkan dua klausa atau
lebih dengan status sintaksis tidak sama. Jadi, ada klausa induk dan klausa
anak.
15. Jenis-jenis Kalimat
1. Kalimat
berdasarkan pengucapan
a) Kalimat
langsung adalah kalimat yang secara
cermat menirukan ucapan orang. Kalimat langsung juga dapat diartikan kalimat
yang memberitakan bagaimana ucapan dari orang lain (orang ketiga) dengan
lngsung menirukan, mengutip atau mengulang kembali ujaran dari sumber
tersebut. Kalimat ini biasanya ditandai dengan tanda petik dua (“….”) dan
Intonasi dari bagian kutipan bernada lebih tinggi dari bagian lainnya.
2. Kalimat
berdasarkan jumlah frasa (struktur gramatikalnya)
a) Kalimat
tunggal ialah kalimat yang hanya memiliki
satu pola (klausa), yang terdiri dari subjek dan predikat. Kalimat tunggal
merupakan kalimat yang paling sederhana. Kalimat tunggal yang sederhana ini
dapat ditelusuri berdasarkan pola-pola pembentukannya.
§ Kalimat Nominal yaitu
jenis kalimat yang pola predikatnya menggunakan kata benda.
Contoh: Adik perempuan saya
ada dua orang.
§ Kalimat Verbal yaitu
jenis kalimat yang menggunakan kata kerja sebagai predikatnya.
Dua jenis kalimat tunggal diatas
dapat dikembangkan dengan menambahkan kata pada tiap unsur-
b) Kalimat
majemuk adalah kalimat yang terdiri
dari beberapa kalimat dasar. Struktur kalimat majemuk terdiri dari dua atau
lebih kalimat tunggal yang saling berhubungan baik secara kordinasi maupun
subordinasi.
Kalimat majemuk dapat dibedakan
atas 3 jenis:
§ Kalimat Majemuk
Setara (KMS) adalah kalimat yang terdiri dari 2 atau lebih kalimat tunggal,
dan kedudukan tiap kalimat tunggal itu ialah setara baik secara struktur maupun
makna kalimat itu. Struktur kalimat yang di dalamnya terdapat
sekurang-kurangnya dua kalimat dasar dan masing-masing dapat berdiri sebagai
kalimat tunggal.
§ Kalimat Majemuk
Bertingkat(KMB) adalah penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat
tunggal yang kedudukannya berbeda. Di dalam kalimat majemuk bertingkat terdapat
unsur induk kalimat dan anak kalimat. Anak kalimat timbul akibat perluasan pola
yang terdapat pada induk kalimat. Kalimat majemuk bertingkat mengandung satu
kalimat dasar yang merupakan inti (utama) dan satu atau beberapa kalimat dasar
yang berfungsi sebagai pengisi salah satu unsur kalimat itu. Konjungsi yang
digunakan dalam kalimat majemuk bertingkat adalah ketika, karena,
supaya, meskipun, jika, dan sehingga.
§ Kalimat Majemuk
Campuran (KMC) adalah kalimat majemuk yang merupakan penggabungan
antara kalimat majemuk setara dengan kalimat majemuk bertingkat. Minimal
pembentukan kalimatnya terdiri dari 3 kalimat.
3. Kalimat
berdasarkan isi atau fungsinya
a) Kalimat
pernyataan (deklaratif) adalah
Kalimat pernyataan dipakai jika penutur ingin menyatakan sesuatu dengan lengkap
pada waktu ia ingin menyampaikan informasi kepada lawan berbahasanya.
(Biasanya, intonasi menurun;tanda baca titik).
b) Kalimat
perintah adalah kalimat yang bertujuan
untuk memberikan perintah kepada seseorang untuk melakukan sesuatu. Kalimat
perintah dalam bentuk lisan biasanya diakhiri dengan intonasi yang tinggi,
sedangkan pada bentuk tulisan kalimat ini akan diakhiri dengan tanda seru (!).
c) Kalimat
berita adalah kalimat yang isinya
mengabarkan atau menginformasikan sesuatu. Dalam penulisannya kalimat ini
diakhiri dengan tanda titik (.) dan dalam pelafalannya kalimat ini akan
diakhiri dengan intonasi yang menurun. Biasanya kalimat berita akan berakhir
dengan pemberian tanggapan dari pihak yang mendengar kalimat berita ini.
c) Kalimat
Tanya adalah kalimat yang bertujuan
untuk mendapatkan informasi, biasanya kalimat ini akan diakhiri dengan
pemberian tanda tanya (?).
d) Kalimat
seruan adalah kalimat yang dipakai untuk
mengungkapkan perasaan (sakit, marah, terkejut, hairan, sindiran, sedih, takut,
terperanjat, hiba, dan sebagainya). Dalam pelafalan biasanya ditandai
dengan intonasi yang tinggi, sedangkan dalam penulisannya kalimat seruan akan
diakhiri dengan tanda seru (!) atau tanda titik (.).
4. Kalimat
Berdasarkan Unsur Kalimat
Kalimat yang dilihat dari unsur
kalimatnya dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
a. Kalimat
lengkap adalah kalimat yang
setidaknya masih memiliki sebuah subjek dan sebuah predikat.
b. kalimat
tak lengkap adalah
kalimat yang tidak sempurna. Kalimat dengan bentuk tidak sempurna kadang hanya
berupa sebuah subjek saja, atau sebuah predikat, bahkan ada yang hanya berupa
objeknya saja atau keterangannya saja. Kalimat tidak lengkap ini sering dipakai
untuk kalimat semboyan, salam, perintah, pertanyaan, ajakan, jawaban, seruan,
larangan, sapaan, dan kekaguman.
5. Kalimat
Berdasarkan Susunan Pola Subjek-Predikat
Kalimat yang dilihat dari
struktur Subjek & Predikatnya dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
§ Kalimat Versi
Kalimat versi adalah kata
predikat yang mendahului kata subjek. Kalimat versi biasanya dipakai untuk
penekanan atau ketegasan makna. Kata yang pertama kali muncul pada kalimat
versi merupakan tolak ukur yang akan mempengaruhi makna kalimat, bahkan kata
itu pula yang akan menimbulkan suatu kesan pada pendengarnya.
§ Kalimat Inversi
Kalimat inversi adalah kalimat
yang susunan dari unsur-unsur kalimatnya sesuai dengan pola kalimat dasar
bahasa Indonesia (S-P-O-K).
6. Berdasarkan Bentuk Gaya
Penyajiannya (Retorikanya)
§ Kalimat Yang
Melepas
Kalimat yang melepas akan
terwujud jika kalimat tersebut diawali oleh unsur utama (induk kalimat) dan
diikuti oleh unsur tambahan (anak kalimat). Unsur anak kalimat ini seakan-akan
dilepaskan saja oleh penulisnya. Jika unsur anak kalimat tidak diucapkan,
kalimat itu sudah bermakna lengkap.
§ Kalimat yang
Klimaks
Kalimat klimaks akan terwujud
jika kalimat tersebut diawali oleh anak kalimat dan diikuti oleh induk kalimat.
Kalimat belum dapat dipahami jika hanya membaca anak kalimatnya. Sebelum
kalimat itu selesai, terasa masih ada sesuatu yang ditunggu, yaitu induk
kalimat. Oleh karen itu, penyajian kalimat ini terasa berklimaks dan terasa
membentuk ketegangan.
§ Kalimat
Yang Berimbang
Kalimat yang berimbang disusun
dalam bentuk kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk campuran, Struktur
kalimat ini memperlihatkan kesejajaran bentuk dan informasinya.
7. Kalimat
Berdasarkan Subjeknya
Berdasarkan subjeknya kalimat
dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
a) Kalimat
Aktif adalah kalimat yang
subjeknya melakukan suatu pekerjaan/tindakan. Kalimat ini biasanya memiliki
predikat berupa kata kerja yang berawalan me- dan ber-. Predikat juga dapat
berupa kata kerja aus (kata kerja yang tidak dapat dilekati oleh awalan
me–saja), misalnya pergi, tidur, mandi, dll (kecuali makan dan
minum).
Kalimat aktif dapat dibedakan
lagi menjadi 2, yaitu:
· Kalimat
Aktif Transitif adalah kalimat yang berobjek dan tidak berpelengkap
dan mempunyai tiga unsur wajib, yakni subjek, predikat, dan objek. Predikatnya
biasanya berawalam “me-“ dan selalu dapat dirubah kedalam bentuk kalimat pasif
yang predikatnya berawalan “di-“.
· Kalimat
Aktif Intransitif adalah kalimat yang berobjek dan tidak berpelengkap
dan mempunyai tiga unsur wajib, yakni subjek, predikat, dan objek. Predikat
pada kalimat ini biasanya berawalan “ber-“. Kalimat ini tidak dapat dirubah
menjadi kalimat pasif.
· Kalimat
Semi Transitif adalah jenis kalimat yang tidak dapat dirubah kedalam
bentuk pasif, hal itu dikarenakan adanya unsur pelengkap bukannya objek.
Ciri-cirinya berupa adanya subjek,predikat,pelengkap,dan tanpa atau dengan
keterangan.
b) Kalimat
Pasif adalah kalimat yang subjeknya
melakukan suatu pekerjaan/tindakan. Kalimat bentuk ini memiliki predikat berupa
kata kerja yang berawalan “di-“ dan “ter-“ dan diikuti kata depan “oleh”.
Kalimat pasif dapat dibedakan menjadi 2 bentuk, yaitu:
· Kalimat
Pasif Biasa adalah kalimat pasif yang terdapat di kalimat aktif
transitif. Untuk predikatnya sendiri selalu berawalan dengan imbuhan “di-“,
“ter-“ dan “ke-an”.
· Kalimat
Pasif Zero adalah kalimat yang unsur objek pelaku berdekatan dengan
unsur objek penderita tanpa ada sisipan dari kata yang lain. Ciri lainnya ialah
unsur predikat berakhiran “-kan” sehingga membuat awalan “di-“ menghilang dari
predikat. Predikat juga bisa menggunakan kata dasar yang bersifat kata kerja,
kecuali kata kerja "aus" (kata kerja yang tidak bisa menggunakan
awalan “me-“ dan “ber-“).
8. Kalimat
Mayor dan Minor
a) Kalimat
mayor adalah kalimat yang
sekurang-kurangnya mengandung dua unsur pusat (inti). Kalimat mayor
klausanya minimal harus terdiri atas subjek dan predikat.
b) Kalimat
minor adalah kalimat yang mengandung
satu unsur pusat (inti). Kalimat minor hanya dibentuk oleh subjek atau
predika atau objek bahkan keterangan saja. Meskipun hanya dibentuk dengan satu
kata, kalimat minor dapat dipaham pesannya karena sudah diketahui konteksnya
(kalimat,situasi,topic yang dibicarakan). Kalimat dapat berupa kalimat
jawaban-jawaban singkat,seruan, pertanyaan, salam, dan sapaan.
4. Jenis-jenis Kalimat :
1.
Kalimat berdasarkan pengucapan
2.
Kalimat berdasarkan jumlah frasa (struktur gramatikalnya)
3.
Kalimat berdasarkan isi atau fungsinya
4.
Kalimat berdasarkan unsur kalimat
5. Kalimat
Berdasarkan Susunan Pola Subjek-Predikat
6.
Kalimat berdasarkan bentuk gaya penyajiannya(retorikanya)
7.
Kalimat berdasarkan subjeknya
8.
Kalimat Mayor dan Minor
9.
Kalimat Efektif
16. SPOK
17. Kata berimbuhan adalah kata-kata
dasar yang mendapatkan imbuhan yang berupa awalan, akhiran, sisipan, dan
awalan-akhiran. Imbuhan sendiri berfungsi untuk menambahkan arti atau maksud
dari kata-kata dasar yang diberi imbuhan tersebut.
Macam-Macam Imbuhan
Dalam bahasa Indonesia ada 4 macam
imbuhan yaitu awalan
(Prefiks), sisipan (infiks),
akhiran (sufiks), dan awalan-akhiran (konfiks). Berikut ini macam-macam imbuhan
dalam bahasa Indonesia.
1. Awalan (Prefiks)
Prefiks adalah imbuhan-imbuhan
yang diletakan pada awal kata dasar. Imbuhan-imbuhan yang
2. Sisipan (infiks)
Sisipan adalah imbuhan yang
diletakan di tengah-tengah kata dasar. Bentuk-bentuk sisipan antara lain –el-,
-em-, dan –er-.
3. Akhiran (sufiks)
Akhiran sufiks adalah imbuhan
yang diletakan pada akhir kata dasar. Ada beberapa macam bentuk imbuhan sufiks,
diantaranya adalah –kan, -I, -an, -kah, -tah, dan –pun.
18. Makna Denotatif
Sebuah kata mengandung kata
denotatif, bila kata itu mengacu atau menunjukan pengertian atau makna yang
sebenarnya. Kata yang mengandung makna denotative digunakan dalam bahasa
ilmiah, karena itu dalam bahasa ilmiah seseorang ingin menyampaikan gagasannya.
Agar gagasan yang disampaikantidak menimbulkan tafsiran ganda, ia harus
menyampaikan gagasannya dengan kata-kata yang mengandung makna denotative.
Makna denotatif ialah makna dasar, umum, apa adanya, netral tidak mencampuri
nilai rasa, dan tidak berupa kiasan Maskurun (1984:10).
Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit maka wajar, yang
berarti mkna kat ayang sesuai dengan apa adanya, sesuai dengan observasi, hasil
pengukuran dan pembatasan (perera, 1991:69).
Makna denotatif didasarkan atas penunjukan yang lugas pada sesuatu diluar
bahasa atau didasarkan atas konvensi tertentu (kridalaksana, 1993:40).
Berdasarkan pendapat diatas, maka penulis simpulkan bahwa makna denotative
adalah makna yang sebenarnya, umum, apa adanya, tidak mencampuri nilai rasa,
dan tidak berupa kiasan. Apabila seseorang mengatakan tangan kanannya sakit,
maka yang dimaksudkan adalah tangannya yang sebelah kanan sakit.
Makna Konotatif
Sebuah kata mengandung makna
konotatif, bila kata-kata itu mengandung nilai-nilai emosi tertentu. Dalam
berbahasa orang tidak hanya mengungkap gagasan, pendapat atau isi pikiran.
Tetapi juga mengungkapakan emosi-emosi tertentu. Mungkin saja kata-kata yang
dipakai sama, akan tetapi karena adanya kandungan emosi yang dimuatnya
menyebabkan kata-kata yang diucapkan mengandung makna konotatif disamping mkna
denotatif.
Makna konotatif adalah makna yang berupa kiasan atau yang disertai nilai rasa,
tambahan-tambahan sikap sosial, sikap pribadi sikap dari suatu zaman, dan
criteria-kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual.
Seperti kata kursi, kursi disini bukan lagi tempat duduk, melaikan suatu
jabatan atau kedudukan yang ditempati oleh seseorang. Kursi diartikan sebagai
tempat duduk mengandung makna lugas atau makna denotatif. Kursi yang diartikan
suatu jabatan atau kedudukan yang diperoleh seseorang mengandung makna kiasan
atau makna konotatif.
Makna Leksikal
akna Leksikal ialah makna kata
seperti yang terdapat dalam kamus, istilah leksikal berasal dari leksikon yang
berarti kamus. Makna kata yang sesuai dengan kamus inilah kata yang bermakna
leksikal. Misalnya : Batin (hati), Belai (usap), Cela (cacat).
Makna Gramatikal
Makna gramatikal adalah makna
kata yang diperoleh dari hasil perstiwa tata bahasa, istilah gramatikal dari
kata grammar yang artinya tata bahasa. Makna gramatikal sebagau hasil peristiwa
tata bahasa ini sering disebut juga nosi. Misalnya : Nosi-an pada kata
gantungan adalah alat.
Makna Asosiatif
Makna asosiatif mencakup
keseluruhan hubungan makna dengan nalar diluar bahasa. Ia berhubungan dengan
masyarakat pemakai bahasa, pribadi memakai bahasa, perasaan pemakai bahasa,
nilai-nilai masyarakat pemakai bahasa dan perkembangan kata sesuai kehendak
pemakai bahasa. Makna asositif dibagi menjadi beberapa macam, seperti makna
kolokatif, makna reflektif, makna stilistik, makna afektif, dan makna
interpretatif.
1. Makna Kolokatif
Makna kolokatif lebih berhubungan
dengan penempatan makna dalam frase sebuah bahasa. Kata kaya dan miskin
terbatas pada kelompok farase. Makna kolokatif adalah makna kata yang
ditentukan oleh penggunaannya dalam kalimat. Kata yang bermakna kolokatif
memiliki makna yang sebenarnya.
2. Makna Reflektif
Makna reflektif adalah makna yang
mengandung satu makna konseptual dengan konseptual yang lain, dan cenderung
kepada sesuatu yang bersifat sacral, suci/tabu terlarang, kurang sopan, atau
haram serta diperoleh berdasarkan pengalaman pribadi atau pengalaman sejarah.
3. Makna Stilistika
Makna stilistika adalah makna
kata yang digunakan berdasarkan keadaan atau situasi dan lingkungan masyarakat
pemakai bahasa itu. Sedangkan bahasa itu sendiri merupakan salah satu cirri
pembeda utama dari mahluk lain didunia ini. Mengenai bahasa secara tidak
langsung akan berbicara mempelajari kosa kata yang terdapat dalam bahasa yang
digunakan pada eaktu komunikasi itu.
4. Makna Afektif
Makna ini biasanya dipakai oleh
pembicara berdasarkan perasaan yang digunakan dalam berbahasa.
5. Makna interpretatif
Makna interpretatif adalah makna
yang berhubungan dengan penafsiran dan tanggapan dari pembaca atau pendengar,
menulis atau berbicara, membaca atau mendengarkan (parera,1991:72)
19. Penjelasan mengenai
kata baku
Kata baku adalah kata yang
digunakan sudah sesuai dengan pedoman atau kaidah bahasa yang telah di
tentukan, Atau kata baku merupakan kata yang sudah benar dengan aturan maupun
ejaan kaidah bahasa Indonesia dan sumber utama dari bahasa baku yaitu Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Kata baku umumnya sering digunakan pada kalimat
yang resmi, baik itu dalam suatu tulisan maupun dalam pengungkapan kata-kata.
Kata-kata baku yaitu kata yang
digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang sudah di tentukan
sebelumnya dan suatu kata bisa disebut dengan kata tidak baku jika kata yang
digunakan tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. ketidakbakuan suatu kata
bukan hanya ditimbulkan oleh salah penulisan saja, akan tetapi bisa juga
disebabkan oleh pengucapan yang salah dan penyusunan suatu kalimat yang tidak
benar. Biasanya kata tidak baku selalu muncul dalam percakapan kita
sehari-hari.
Kata baku biasanya sering
digunakan ketika:
- Membuat karya ilmiah.
- Membuat surat lamaran pekerjaan.
- Membuat surat dinas, surat edaran dan
surat resmi lainnya.
- Membuat laporan.
- Membuat nota dinas.
- Saat berpidato dan rapat dinas.
- Saat musyawarah atau diskusi.
- Surat menyurat antara organisasi,
instansi atau lembaga, dan lain-lain.
21. Ragam bahasa resmi
Ragam bahasa resmi adalah ragam bahasa yang biasa digunakan dalam suasana resmi
atau formal, misalnya surat dinas, pidato dan makalah atau karya tulis.
Ciri-cirinya :
1. Digunakan dalam situasi resmi
2. Nada bicara yang cenderung datar
3. Kalimat yang digunakan kalimat lengkap
22. Kepaduan Makna
(Koherensi)
Suatu paragfraf dikatakan koheren, apabila ada kekompakan antara gagasan yang
dikemukakan kalimat yang satu dengan yang lainnya. Kalimat-kalimatnya memiliki
hubungan timbal balik serta secara bersama-sama membahas satu gagasan utama.
Tidak dijumpai satu pun kalimat yang menyimpang dari gagasan utama ataupun
loncatan-loncatan pikiran yang membingungkan.
Keterpaduan Bentuk (Kohesi)
Apabila koherensi berhubungan dengan isi, maka kohesi atau keterpaduan bentuk
berkaitan dengan penggunaan kata-katanya. Bisa saja satu paragraf mengemukakan
satu gagasan utama, namun belum tentu paragraf tersebut dikatakan kohesif jika
kata-katanya tidak padu.