Kamis, 26 November 2015

teks drama asal usul candi borobudur



Asal usul candi borobudur
Candi Borobudur dibangun oleh Raja Smaratungga salah satu raja kerajaan Mataram kuno dari dinasti Syailendra pada abad ke-8. Menurut legenda Candi Borobudur dibangun oleh seorang arsitek bernama Gunadharma.Pada suatu hari, Raja Smaratungga mempunyai niat untuk membangun suatu tempat yang luas, indah dan juga mempunyai arti sejarah bagi masyarakatnya.Rajapun mendiskusikan hal tersebut dengan seorang abdi yang merupakan penasihatnya.
Raja Smaratungga         : Bagaimana menurutmu ini Wangsa ?
Wangsa                        : Kehendak yang mulia merupakan perintah bagi saya
Raja Smaratungga         : Bukan begitu maksudku, aku meminta pendapatmu.
Wangsa                        : Pendapat apa baginda raja ?
Raja Smaratungga         :  begini wangsa, saya mempunyai niat untuk membangun suatu tempat yang luas, indah dan juga mempunyai arti sejarah bagi masyarakatnya
Wangsa                        : begitu, memangnya baginda ingin membuat bangunan seperti apa ?
Raja Smaratungga         : saya punya ide bagaimana kalau bangunan itu dibentuk seperti candi ? maka bisa digunakan untuk tempat beribadah,rekreasi serta satu-satunya yang ada di dunia ini.
Wangsa                        : Lalu baginda ingin candi itu dibangun dimana ?
Raja Smaratungga         :itu yang saya pikirkan, saya belum tau harus dibangun dimana ?
Wangsa                        : akan saya pikirkan baginda
Raja Smaratungga         : cepat kamu pikirkan. Kalau sudah dapat beritahu saya
Wangsa                        : Begini bagaimana jika candi itu dibangun ditengah danau maka candi itu akan berbentuk teratai
Raja Smaratungga         : Adakah arsitek yang dapat menanganinya ?
Wangsa                        : Saya mempunyai kenalan baginda
Raja Smaratungga         : Baiklah, cari untuk dia menyelesaikan pekerjaan ini
Wangsa                        : Laksanakan Baginda
Setelah Wangsa memanggil sang arsitek, maka pekerjaan pembangunan candi dilaksanakan. Dengan konsep yang sepenuhnya hasil dari pemikiran Raja Smaratungga serta Gunadharma, sang arsitek. Siang itu Gunadharma menghadap sang Raja.
Gunadharma                 : Hatursembah saya Baginda. Saya telah mendengar dari Wangsa kehendak Baginda, ini adalah rancangan yang saya buat bagaimana menurut Baginda ?
Raja Smaratungga         : Hmmm,. Apabila dari atas candi ini terlihat seperti teratai yang merupakan simbol ajaran kita, bagus. Tambahkan relief untuk setiap undakan . Relief berupa kehidupan masyarakatku serta ajaran Budha. Candi ini berbentuk kepunden berundak yang tiada duanya di dunia.
Gunadharma                 : Iya, Baginda, saya akan menambahkan itu semua.
Raja Smaratunnga         : Ya, kerjakan dengan baik.
Gunadharma                 : Baik Baginda, akan saya kerjakan sebaik mungkin dan penuh usaha.
Candi Borobudurpun dibangun dengan beberapa tahap. Sampai sekarang kita dapat melihatnya sebagai tinggalan sejarah.Walaupun keadaannya dahulu dan sekarang berbeda, namun kita tetap dapat menikmati keindahan Candi Borobudur


Materi SKL Bahasa Indonesia 2016



1. Tips dan Trik
Untuk  mengidentifikasi. Isi teks biografi pada dasarnya sama dengan mengidentifikasi teks berita maupun iklan, yaitu dengan cara mengetahui unsur-unsur pembentuk teks, seperti :

  • What   =   masalah/peristiwa apa yang menjadi topik pembicaraan dalam biografi tersebut
  • Who   =    siapa yang diceritakan dalam teks biografi
  • Why   =   mengapa peristiwa tersebut bisa terjadi
  • When  =    kapan peristiwa tersebut terjadi
  • Where =    dimana peristiwa tersebut terjadi
  • How   =   bagaimana peristiwa tersebut dapat terjadi
Kalimat adalah satuan bahasa yang mengandung pikiran lengkap. Sebuah kalimat paling kurang mengandung subjek dan predikat.
CIRI-CIRI KALIMAT FAKTA DAN OPINI
CIRI-CIRI KALIMAT FAKTA :
1.Dapat dibuktikan kebenarannya.
2. Memiliki data yang akurat misalnya tanggal, tempat ,waktu kejadian.
3. Memiliki narasumber yang dapat dipercaya.
4.Bersifat obyektif (apa adanya dan tidak dibuat-buat) yang dilengkapi dengan data berupa keterangan atau angka yang menggambarkan keadaan.
5.Sudah dipastikan kebenaranya.
6.Biasanya dapat menjawab pertanyaan: apa, siapa, di mana, kapan, berapa dengan jawaban yang pasti.
7.Menunjukkan peristiwa telah terjadi.
8.Kenyataan.
9.Informasi dari kejadian yang sebenarnya.
10.Kalimat fakta adalah kalimat yg mengedepankan fakta nyata dan hasil temuan, dan sering kali menggunakan kutipan dari berbagai sumber sebagai penguat argumen, misalnya "berdasarkan tulisan Leonardo Da Vinci...", "mengutip kata Shakespeare...", "menurut hasil survey yang dilakukan oleh BSI...", dll.11.Kalimat fakta itu kejadiannya sudah terjadi dan pasti dan biasanya disertai dengan waktu kejadian. misalnya seperti "kebakaran yang terjadi di tanah abang senin kemarin telah memakan 8 orang korban jiwa".

CIRI-CIRI KALIMAT OPINI
1.Tidak dapat dibuktikan kebenaranya
2.Bersifat subyektif dan dilengkapi uraian tentang pendapat, saran, atau ramalan tentang sebab dan akibat terjadinya peristiwa.
3.Tidak terdapat narasumber/atas pemikiran sendiri.
4.Tidak memiliki data yang akurat.
5.Berisi tanggapan terhadap peristiwa yang terjadi, berisi jawaban atas pertanyaan: mengapa, bagaimana, atau lalau apa.
6.Menunjukkan peristiwa yang belum atau akan tejadi pada masa yang akan datang (baru berupa rencana).
7.Kalimat opini itu belum pasti kejadiannya.dan biasanya diawali dengan kata kata seperti "menurut saya", "sepertinya", "saya rasa".
8.Pendapat atau argumen seseorang.
9. Informasi yang belum dibuktikan kebenarannya.
10.Biasanya menggunakan kata-kata: bisa jadi, menurut, sangat, tidak mungkin, sebaiknya, atau seharusnya.

2. Gagasan Utama/ide pokok :
Pokok masalah yang mendasari cerita yang bersifat abstrak/implisit atau tidak tampak dalam wacana, atau kata–kata kunci yang terdapat dalam kalimat utama. Cara untuk mengetahui ide pokok, yakni : Bacalah sebuah wacana kemudian tutuplah wacana tersebut. Cobalah jawab pertanyaan ini "Paragraf tersebut membahas mengenai apa?" Nah, jawaban itulah yang dinamakan ide pokok.
Kalimat Utama

Kalimat utama atau disebut juga dengan kalimat topik adalah kalimat yang mengandung gagasan utama mengenai suatu topik yang sedang dibahas di dalam sebuah paragraf. Kalimat utama menjadi acuan untuk mengembangkan suatu paragraf. 

Ciri-ciri kalimat utama:

1. Kalimat utama mengandung suatu permasalahan yang bisa dikembangkan secara terperinci.
2. Kalimat utama merupakan suatu kalimat yang utuh atau bisa berdiri sendiri tanpa adanya penghubung baik penghubung antar kalimat maupun penghubung intra kalimat.
3. Biasanya kalimat utama terletak di awal paragraf. Namun pada kalimat induktif kalimat utama terletak di akhir suatu paragraf dan biasanya menggunakan kata-kata berupa: “Sebagai kesimpulan, Jadi…, Dengan demikian…”
4. Mempunyai arti yang jelas walaupun tanpa dihubungkan dengan kalimat lain.

Kalimat Penjelas

Kalimat penjelas adalah kalimat-kalimat yang isinya merupakan penjelasan, uraian, atau berupa rincian-rincian detail tentang kalimat utama suatu paragraf. 

Lalu bagaiman cara membedakannya? Untuk bisa membedakan kalimat utama dan penjelas, Pahamilah ciri-ciri kalimat berikut.

Ciri-ciri kalimat penjelas:

1. Berupa pendukung suatu kalimat utama yang menyajikan deskripsi, contoh, perbandingan, alasan dan penjelasan mengenai topic yang dibahas.
2. Merupakan kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri.
3. Kalimat penjelas memerlukan kata-kata penghubung seperti “Bahkan, contohnya, terlebih lagi, misalnya, contohnya dan lain-lain”. kalimat-kalimat penjelas membutuhkan kata penghubung agar suatu paragraf menjadi Koherence atau berkesinambungan antar kalimat.

Kalimat Utama :
Realisasi dari ide pokok yang berupa pernyataan atau kalimat yang terletak di awal atau di akhir paragraf. Kalimat Utama merupakan kalimat inti yang digunakan sebagai acuan pengembangan menjadi sebuah paragraf.
Kesimpulan :
Suatu pernyataan yang dibuat berdasarkan ide pokok dan kata kunci dari kalimat penjelas dengan kalimat sendiri.
3. Menentukan Simpulan dan Isi Paragraf
Simpulan adalah hasil dari menyimpulkan (kesimpulan).
Kesimpulan adalah ikhtisar, pendapat terakhir yang berdasarkan pada uraian sebelumnya, dan keputusan yang diperoleh berdasarkan metode berpikir induktif atau deduktif. (Sumber: KBBI).

Metode Analisis:

         1          
         2          
         3          
         4          
         5          

Keterangan:
Pada bagan di atas, sebuah paragraf diibaratkan terdiri dari lima kalimat. Untuk menemukan simpulan dan isi paragraf tersebut, perhatikan langkah-langkah berikut ini:
1. Fokuskan perhatian kita pada kalimat terakhir (no.5), jika kalimat terakhir tersebut 
    mencakup keseluruhan ide pada paragraf tersebut, maka kalimat terakhir tersebut 
    merupakan Simpulan dari paragraf tersebut. 
2. Jika, pada kalimat terakhir tidak mencerminkan ide yang mencakup seluruh gagasan 
    dari paragraf tersebut, maka pengambilan kesimpulan dilakukan dengan menggunakan 
    kata-kata kunci yang tersebar pada seluruh paragraf tersebut. Simpulan juga dapat
    diketahui dengan menggunakan pertanyaan, Apa yang dibicarakan di dalam paragraf 
    tersebut. 
4. Topik

Topik (bahasa Yunani:topoi) adalah inti utama dari seluruh isi tulisan yang hendak disampaikan atau lebih dikenal dengan topik pembicaraan. Topik adalah hal yang pertama kali ditentukan ketika penulis akan membuat tulisan. Topik yang masih awal tersebut, selanjutnya dikembangkan dengan membuat cakupan yang lebih sempit atau lebih luas. Terdapat beberapa kriteria untuk sebuah topik yang dikatakan baik, diantaranya adalah topik tersebut harus mencakup keseluruhan isi tulisan, yakni mampu menjawabpertanyaan akan masalah apa yang hendak ditulis. Ciri utama dari topik adalah cakupannya atas suatu permasalahan masih bersifat umum dan belum diuraikan secara lebih mendetail.
Cara Menentukan Persamaan Berita

Berita adalah pemaparan atau penjelasan dari seseorang atau lembaga yang berkaitan mengenai suatu masalah yang patut diketahui secara umum atau orang lain. Berita terdiri atas  tiga pokok yaitu pendahuluan, rincian, dan penutup. Media cetak setiap hari menyuguhkan berita nasional maupun internasional.  Berita – berita yang dimuat media cetak tersebut terkadang menyuguhkan topik yang sama. Kesamaan topik dapat dipahami jika menyangkut peristiwa sangat penting. Misalnya, peristiwa tsunami yang melanda Aceh diliput dan dimuat oleh beberapa media cetak.  Perbedaannya hanya terletak pada gaya pemberitaannya, sedangkan isinya hampir sama. Kesamaan informasi dalam teks berita dapat dilihat berdasarkan rumus  5W + 1H. Informasi yang sama dalam dua teks berita dapat dicermati pada unsur what apa),  who (siapa), when (kapan),  where (di mana),  why (mengapa),  atau how (bagaimana). Dengan mencermati unsur – unsur dan menyimpulkan isi berita , kita bisa dengan tepat menemukan informasi yang sama dalam dua teks berita.  Cara menyimpulkan isi berita adalah menyimak berita secara keseluruhan dan lengkap dengan berkonsentrasi penuh,  memahami pokok-pokok  berita dan menentukan pikiran utama, menyusun pokok-pokok pikiran kembali dan menganalisis, menarik kesimpulan dari isi berita.
Beberapa berita mungkin memiliki persamaan-persamaan di dalam unsur-unsurnya,misalnya pada waktu kejadian, gambaran proses terjadinya kejadian, para korban ataupun pelaku kejadiandan unsur-unsur yang lain.
Perbedaan Penyajian Berita
Berita adalah  informasi baru atau informasi mengenai sesuatu yang sedang terjadi, disajikan lewat bentuk cetak, siaran, internet , atau dari mulut ke mulut kepada orang ketiga atau orang banyak.
5. Biografi adalah suatu buku yang menguraikan dan membahas tentang riwayat hidup seorang tokoh. Biografi biasanya ditulis oleh orang lain. Anda dapat mengungkapkan hal-hal yang menarik dari tokoh, diantaranya dengan:
  1. membaca dengan sungguh-sungguh buku yang kita baca,
  2. mencari hal-hal positif dan negatif (bila ada) dari tokoh tersebut,
  3. memfokuskan membaca pada pengalaman-pengalaman menariknya misalnya, sang tokoh sekarang jadi presiden padahal dahulu pernah menjadi tukang sayur, tetapi karena kepandaiannya dia dapat sekolah dan menjadi orang penting sampai sekarang ini.
Untuk dapat mengungkapkan hal-hal yang menarik dari tokoh, ada baiknya bila Anda mengetahui hal-hal berikut ini:
1.       mengetahui nama lengkap tokoh,
2.       mencari tanggal lahir, umur, alamat,
3.       pendidikan, misal TK sampai Perguruan Tinggi,
4.       pengalaman kerja, misal menjadi guru, tukang sayur, pegawai negeri,
5.        menuliskan tanggal wafatnya …(jika sudah meninggal),
6.       keterangan yang lain.


6. Salah satu strategi untuk menentukan topik dan menuliskan editorial salah satunya dengan brainstorming. Setiap idividu yang tergabung dalam dewan redaksi berdiskusi untuk menghasilkan ide-ide yang lebih kreatif untuk dijadikan sebuah editorial. Dengan diskusi dan bertukar pikiran diharapkan dapat membantu mendapatkan ide untuk penulisan sebuah editorial, atau pendekatan apa yang akan digunakan saat membuat editorial. Secara umum terdapat empat langkah yang mengatur editorial, yang pertama adalah menentukan subyek dan menentukan posisi kita dalam satu subyek tersebut kemudian menjelaskannya dalam bentuk pendahuluan. Berikutnya adalah mendiskusikan mengenai sudut pandang. Langkah ketiga adalah membuktikan posisi kita dengan memberikan poin-poin yang mendukung. Dan yang terakhir adalah menarik kesimpulan.
7. Paragraf argumentasi adalah salah satu jenis paragraf yang sering sekali kita temui dalam kehidupan sehari-hari, seperti di dalam esai, tajuk atau wacana, dan teks-teks diskusi lainnya. 
Paragraf deskripsi adalah sebuah paragraf yang menggambarkan atau melukiskan sebuah objek tertentu melalui kata-kata yang bisa merangsang panca indera sehingga pembaca seolah-olah melihat atau merasakan sendiri benda objek yang dideskripsikan oleh penulis.
Pengertian teks eksposisi adalah paragraf ataukarangan yang terkandung sejumlah informasi dan pengetahuan yang disajikan secara singkat, padat, dan akurat.
1.    Definisi Silogisme
Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposisi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan).
2.    Jenis-jenis silogisme
    a.    Silogisme Katagorial
    b.    Silogisme Hipotetik
    c.    Silogisme Alternative
    d.    Entimen
    e.    Silogisme Disjungtif
    Berikut ini adalah pengertian dari jenis-jenis silogisme diatas :
     a.    Silogisme Katagorial
     Silogisme kategorial adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan kategorial. Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor ( premis yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan di antara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle term).
     b.    Silogisme Hipotetik
     Yang dimaksud dengan silogisme hipotetik itu adalah suatu argumen/pendapat yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik, sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorik. 
     c.    Silogisme Alternatif
     Silogisme alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif itu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya.
     d.    Entimen
     Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan kesimpulannya.
     e.    Silogisme Disjungtif
     Silogisme Disjungtif merupakan silogisme yang premis mayornya merupakan disjungtif, sedangkan premis minornya bersifat kategorik yang mengakui atau mengingkari salah satu alternatif yang disebut oleh premis mayor.
3.    Definisi Generalisasi
Merupakan penalaran induktif dengan cara menarik kesimpulan secara umum berdasarkan sejumlah data. Jumlah data atau peristiwa khusus yang dikemukakan harus cukup dan dapat mewakili.
4.    Definisi Analogi
Analogi adalah penalaran induktif dengan membandingkan dua hal yang banyak persamaannya. Berdasarkan persamaan kedua hal tersebut, Anda dapat menarik kesimpulan.
Kesimpulan :
Suatu pernyataan yang dibuat berdasarkan ide pokok dan kata kunci dari kalimat penjelas dengan kalimat sendiri.
8. Tema

Tema berasal dari bahasa Yunani “thithenai”, berarti sesuatu yang telah diuraikan.
Ciri-ciri tema, antara lain.
1. Dalam novel dan cerpen, tema biasanya dapat dilihat melalui persoalan yang dikemukakan.
2. Tema juga dapat dilihat melalui cara-cara watak itu bertentangan satu sama lain, bagaimana cerita  diselesaikan.
3. Tema dapat dikesan melalui peristiwa, kisah, suasana dan unsur lain seperti nilai kemanusiaan yang terdapat dalam  cerita, plot cerita, perwatakan watak-watak dalam sebuah cerita.
4. Makna tema lebih spesifik dan lebih terarah, dalam arti dalam satu tema mewakili satu peristiwa atau kejadian dan dapat dipergunakan sebagai judul karangan.
9. Paragraf padu merupakan paragraf yang kalimat – kalimatnya tersusun atau terjalin dengan logis dan serasi. Untuk membentuk suatu paragraf yang padu, kalimat – kalimat tersebut harus disusun dengan urutan yang logis dan disambungkan dengan kalimat lainnya dengan menggunakan konjungsi atau kata sambung.

Cara Menyusun Paragraf Padu

1. Mengulang kata atau kelompok kata yang telah disebutkan pada kalimat sebelumnya.
2. Menggunakan kata penunjuk “itu”, “ini”, “tersebut”, dan lain-lain dan menggunakan kata ganti orang.
3. Membangun urut-urutan ide yang logis.
4. Menggunakan kata sambung intra kalimat dan antar kalimat.
10. Contoh surat lamaran kerja yang benar sesuai EYD 
                                                                                Yogyakarta, 7 Agustus 2014
Perihal                 :        Lamaran Pekerjaan                                                         Lampiran             :        Satu berkas                                                                                            
Yth.
Manajer  Personalia
PT. Cipta Karya Alam
Jl. Raya Kebun Anggur VI
Jakarta Pusat

Dengan hormat, 
Berdasarkan iklan lowongan pekerjaan  yang termuat di harian Kedualatan Rakyat yang terbittanggal 29 Juni 2014 yang menyatakan bahwa  PT.Cipta Karya Alam membutuhkan bagian Staf Informatika, maka dengan ini saya:
nama                             :       Muhammad Andriyanto ,S.Kom.
tempat &tanggal  lahir    :       Gunungkidul, 5 Agustus  1992
pendidikan akhir            :       Sarjana  Komputer
alamat                           :       Umbulrejo, Ponjong, Gunungkidul, Yogyakarta
                                                         
Mengajukan permohonan untuk menjadi karyawan di perusahaan Anda.
Sebagai bahan pertimbangan, bersama ini saya lampirkan :
*Daftar Riwayat Hidup
*Fotokopi  ijazah S-1 dan transkrip nilai
*Fotokopi  sertifikat kursus/pelatihan
*Pas foto  3X4
*Fotokopi KTP
*SKCK dari POLRI
*Surat keterangan dokter
Besar harapan saya atas terkabulnya permohonan ini. Atas perhatian Anda, saya ucapkan terimakasih.
Hormat saya
Muhammad
11. Tujuan paragraf ini adalah untuk membujuk atau mempengaruhi pembacanya agar mempercayai dan melakukan apa yang penulis sampaikan di dalam paragraf. Untuk mencapai tujuan ini, paragraf persuasi harus disertai dengan bukti dan data-data pendukung yang kuat. Di dalam paragraf persuasi banyak ditemukan kata-kata yang bersifat mengajak seperti “ayo”, “mari”, dan “lakukanlah”. Paragraf ini banyak ditemukan di dalam iklan, himbaun atau propaganda di media masa.
Ciri-ciri paragraf persuasi
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa paragraf persuasi memiliki beberapa ciri-ciri sebagai berikut ini:

1. Dikarenakan tujuan utamanya untuk mempengaruhi pembaca, paragraf persuasi memiliki alasan-alasan yang kuat disertai dengan data dan fakta.
2. Paragraf ini berusaha meyakinkan pembacanya untuk melakukan atau mempercayai yang ditulis oleh penulis.
2. Paragraf persuasi banyak menggunakan kata-kata ajakan seperti ayo, mari, lakukanlah, dan lain-lain.
3. Paragraf persuasi  biasanya menghindari konflik agar kepercayaan pembacanya tidak hilang dan supaya kesepakatan pendapat antara penulis dan pembaca tercapai.
12.   LANGKAH-LANGKAH PERSIAPAN PENULISAN KARYA ILMIAH
Pada dasarnya, hal terpenting yang harus dipikirkan oleh seorang penulis karya ilmiah pada tahap persiapan ini adalah Pemilihan Topik. Yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan topik adalah :
  1. Pemilihan Topik/ Masalah untuk Karya Ilmiah
Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan pada saat menentukan topik untuk karya ilmiah. Dalam penulisannya harus mengikuti kaidah kebenaran isi, metode kajian, serta tata cara penulisannya yang bersifat keilmuan. Salah satu cara untuk memenuhi kaidah tersebut adalah dengan melakukan pemilihan topik yang jelas dan spesifik. Pemilihan unuk kerya tulis ilmiah dapat dilakukan dengan cara;
  1. Merumuskan tujuan
Rumusan tujuan yang jelas dan tepat menjadi sangat penting untuk dapat menghasilkan karya tulis ilmiah yang terfokus bahasannya. Tips yang dapat dilakukan untuk merumuskan tujuan diantaranya;
1)    Usahakan merumuskan tujuan dalam satu kalimat yang sederhana;
2)   Ajukan pertanyaan dengan menggunakan salah satu kata tanya terhadap rumusan yang kita buat;
3)   Jika kita dapat menjawab dengan pasti pertanyaan-pertanyaan yang kita ajukan, berarti rumusan tujuan yang kita buat sudah cukup jelas dan tepat.
b.    Menentukan Topik
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam menentukan topik adalah menentukan ide-ide utama. Kemudian uji dan tanya pada diri sendiri apakah ide-ide itu yang akan kita tulis.
c.    Menelusuri Topik
Bila topik telah ditentukan, kita masih harus memfokuskan topik tersebut agar dalam penulisannya tepat sasaran. Beberapa langkah yang dapat ditempuh dalam memfokuskan topik;
1)    Fokuskan topik agar mudah dikelola;
2)    Ajukan pertanyaan
  1. Mengidentifikasi Pembaca Karya Ilmiah
Kewajiban seorang penulis karya ilmiah adalah memuaskan kebutuhan pembacanya akan informasi, yaitu dengan cara menyampaikan pesan yang ditulisnya agar mudah dipahami oleh pembacanya. Sebelum menulis, kita harus mengidentifikasi siapa kira-kira yang akan membaca tulisan kita. Hal tersebut perlu dipertimbangkan pada saat kita menulis karya tulis ilmiah agar tulisan kita tepat sasaran.
  1. Menentukan Cakupan Isi Materi Karya Ilmiah
Cakupan materi adalah jenis dan jumlah informasi yang akan disajikan di dalam tulisan.
II. PENGUMPULAN INFORMASI UNTUK PENULISAN KARYA ILMIAH
A.    MEMANFAATKAN PERPUSTAKAAN SEBAGAI SUMBER DATA, INFORMASI, DAN BAHAN UNTUK TULISAN
Perpustakaan pada umumnya menyediakan berbagai koleksi data atau informasi yang terekam dalam berbagai bentuk media, seperti media cetak dan media audiovisual. Hal pertama yang harus kita lakukan pada saat memasuki perpustakaan adalah memahami di mana letak sumber informasi yang dibutuhkan berada. Salah satu tempat yang patut kita tuju adalah bagian referensi. Bagian referensi ini biasannya berisi koleksi tentang encyclopedia, indeks, bibliografi, atlas dan kamus.
1.    Mencari Buku dengan Online Catalog dan Card Catalog
Pencarian buku dengan cara Online Catalog biasanya menggunakan terminal komputer. Kita dapat mencari buku dengan judul dan nama penulis yang jelas atau minta kepada komputer untuk mencarikan file-file yang berkaitan dengan topik yang sedang kita tulis.
Selain menggunakan komputer, kita juga dapat menggunakan Card Catalog untuk mencari buku atau artikel yang kita butuhkan. Pada umumnya, buku koleksi perpustakaan didata dalam 3 (tiga) jenis kartu katalog, yaitu katalog yang berisi data tentang pengarang/ penulis, judul buku dan subjek/ topik tertentu.
2.    Memeriksa Bahan-Bahan Pustaka yang Telah Diperoleh
Setelah bahan pustaka terkumpul kita harus memeriksa bahan-bahan tersebut apakah sesuai atau tidak dengan topik yang kita tulis. Cara memeriksa bahan pustaka tersebut adalah;
a.    Atur waktu membaca
b.    Bacalah secara selektif
c.    Bacalah secara bertanggung jawab
d.    Bacalah secara kritis
3.    Membuat Catatan dari Bahan-bahan Pustaka
Salah satu cara terbaik dan paling sederhana dalam membuat catatan ini adalah selalu mengacu pada kartu indeks yang telah kita buat.

4.    Membuat Ringkasan dan ‘Paraphrasing’
Disamping membuat catatan, kita pun dapat membuat ringkasan atau paraphrasing dari sumber  bacaan yang kita dapatkan di dalam menunjang keberhasilan proyek tulisan kita
5.    Membuat Kutipan
Kita harus mengutip dengan persis dan apa adanya pernyataan dari sumber bacaan yang kita gunakan jika pernyataan tersebut merupakan pandangan mendasar dari penulis dan jika kita ubah ke dalam bahasa kita sendiri akan mengaburkan arti sesungguhnya.
B.    MELAKUKAN WAWANCARA UNTUK MENDAPATKAN INFORMASI UNTUK TULISAN
Ada empat hal yang harus diperhatikan pada saat akan melakukan wawancara untuk keperluan proyek penulisan karya ilmiah, yaitu;
1.    Menentukan orang yang tepat untuk diwawancarai
2.    Mempersiapkan pedoman wawancara
3.    Melaksanakan wawancara
4.    Mengolah hasil wawancara
TAHAP PROSES PENULISAN
Tahap Penulisan merupakan perwujudan tahap persiapan ditambah dengan pembahasan yang dilakukan selama dan setelah penulisan selesai.
  • Tahap Pra Penulisan
1.  Pemilihan dan pembatasan topik
2.  Merumuskan tujuan
3.  Mempertimbangkan bentuk karangan
4.  Mempertimbangkan pembaca
5.  Mengumpulkan data pendukung
6.  Merumuskan judul
7.  Merumuskan tesis
8.  Penyusunan ide dalam bentuk karangan atau outline
 Pemilihan Topik
Tahap Penulisan Draf
–          Mengekspresikan ide-ide ke dalam tulisan kasar.
–          Pengembangan ide masih bersifat tentatif.
–          Pada tahap ini, konsentrasikan perhatian pada ekspresi/gagasan, bukan pada aspek-aspek  mekanik.
  • Tahap Revisi
–          Memperbaiki ide-ide dalam karangan, berfokus pada penambahan, pengurangan, penghilangan, penataan isi sesuai dengan kebutuhan pembaca.
–          Kegiatan: (a) membaca ulang seluruh draf, (b) sharing atau berbagi pengalaman tentang draf kasar karangan dengan teman, (c) merevisi dengan memperhatikan reaksi, komentar/masukan.
  • Tahap Penyuntingan
–          Memperbaiki perubahan-perubahan aspek mekanik karangan.
–          Memperbaiki karangan pada aspek kebahasaan dan kesalahan mekanik yang lain.
–          Aspek mekanik antara lain: huruf kapital, ejaan, struktur kalimat, tanda baca, istilah, kosakata, format karangan.
  • Tahap Publikasi
–          Tulisan akan berarti dan lebih bermanfaat jika dibaca orang lain.
–          Sesuaikan tulisan dengan media publikasi yang akan kita tuju.
TAHAP EVALUASI
Tahap terakhir yaitu verifikasi atau evaluasi, apa yang dituliskan sebagai hasil dari tahap iluminasi itu diperiksa kembali, diseleksi, dan disusun sesuai dengan fokus tulisan. Mungkin ada bagian yang tidak perlu dituliskan, atau ada hal-hal yang perlu ditambahkan, dan lain-lain. Mungkin juga ada bagian yang mengandung hal-hal yang peka, sehingga perlu dipilih kata-kata atau kalimat yang lebih sesuai, tanpa menghilangkan esensinya.
Ada lima kriteria yang bisa kita gunakan untuk mengevaluasi setiap bagian dari menulis sebagai berikut :
Fokus.
Apa yang Anda menulis tentang? Apa klaim atau tesis Anda membela? Kriteria ini adalah yang luas, berkaitan dengan konteks, tujuan, dan koherensi dari sepotong tulisan. Apakah topik Anda sesuai untuk tugas? Apakah Anda tetap pada topik itu atau terlena pada garis singgung tidak membantu? Apakah Anda berfokus terlalu teliti atau terlalu banyak? Misalnya, esai tentang Perang Saudara Amerika pada umumnya mungkin terlalu luas untuk esai perguruan tinggi yang paling. Anda mungkin akan lebih baik menulis tentang pertempuran tertentu, umum, atau kejadian.
Pembangunan.
Pembangunan berkaitan dengan rincian dan bukti. Apakah Anda menyediakan cukup bahan pendukung untuk memenuhi harapan pembaca Anda? Sebuah laporan penelitian yang tepat, misalnya, biasanya mencakup banyak referensi dan kutipan untuk banyak karya lain yang relevan beasiswa. Sebuah deskripsi lukisan mungkin akan mencakup rincian tentang, komposisi penampilan, dan bahkan mungkin informasi biografis tentang seniman yang melukisnya. Memutuskan apa rincian untuk menyertakan tergantung pada penonton dimaksudkan sepotong. Sebuah artikel tentang kanker ditujukan untuk anak-anak akan terlihat sangat berbeda dari satu ditulis untuk warga senior.
Organisasi
Organisasi, sering disebut “pengaturan,” menyangkut ketertiban dan tata letak kertas. Secara tradisional, kertas dibagi menjadi, tubuh kesimpulan pengenalan, dan. Paragraf terfokus pada gagasan utama tunggal atau topik (kesatuan), dan transisi di antara kalimat dan paragraf yang halus dan logis. Sebuah rambles kertas kurang terorganisir, melayang di antara topik yang tidak berhubungan dengan cara serampangan dan membingungkan.
Gaya
Gaya secara tradisional berkaitan dengan kejelasan, keanggunan presisi, dan. Sebuah stylist yang efektif tidak hanya mampu menulis dengan jelas untuk penonton, tetapi juga bisa menyenangkan mereka dengan bahasa menggugah, metafora, irama, atau kiasan. Penata Efektif bersusah payah tidak hanya untuk membuat titik, namun untuk membuatnya dengan baik
Konvensi
Kriteria ini meliputi tata bahasa, mekanik, tanda baca, format, dan isu-isu lain yang ditentukan oleh konvensi atau aturan. Meskipun banyak siswa berjuang dengan konvensi, pengetahuan tentang di mana untuk menempatkan koma dalam sebuah kalimat biasanya tidak sepenting apakah kalimat yang berharga untuk menulis di tempat pertama. Namun demikian, kesalahan yang berlebihan dapat membuat bahkan seorang penulis brilian tampak ceroboh atau bodoh, kualitas yang jarang akan terkesan pembaca seseorang.
13. PENGERTIAN FRASA
Adalah kelompok kata / gabungan dua kata atau lebih yang membentuk satu kesatuan dan memiliki satu makna gramatikal
Ciri-ciri Frasa
  1. terbentuk atas dua kata atau lebih dalam pembentukannya.
  2. menduduki fungsi gramatikal dalam kalimat.
  3. mengandung satu kesatuan makna gramatikal.
  4. bersifat nonpredikatif.
Contoh Frasa
  1. gunung tinggi
  2. guru bahasa Indonesia
  3. dengan tangan kiri
  4. tidak harus belajar
  5. membanting tulang
  6. ayah ibu
  7. kepada orang tua
KATEGORI FRASA
  1. Berdasarkan jenis/kelas kata frasa terbagi menjadi :
l  Frasa nominal, yaitu frasa yang unsur pembentukannya berinti kata benda.
                Dapat berfungsi menggantikan kata benda.
                Contoh :                   buku tulis
                                                lemari besi
                                                ibu bapak
l  Frasa verbal, yaitu frasa yang unsur pembentukannya berinti kata kerja.
                Dapat berfungsi menggantikan kedudukan kata kerja dalam kalimat.
               
    Contoh :                   sedang belajar
                                                akan datang
                                                belum muncul
                                                baru menyadari
                                                tidak mandi
l  Frasa ajektiva, yaitu frasa yang unsur pembentukannya berinti kata sifat.
               
    Contoh :                  cukup pintar
                                                tidak cantik
                                                hitam manis
                                                murah sekali
                                                agak jauh
l  Frasa preposisional, yaitu frasa yang unsur pembentukannya menggunakan kata depan.
               
     Contoh :                  di rumah
                                                dari Bandung
                                                ke pantai
                                                dengan tangan kiri
                                                oleh mereka
                                                kepada nenek

  1. Berdasarkan fungsi unsur pembentuknya frasa terbagi menjadi :
l  Frasa endosentris, yaitu frasa yang unsur-unsurnya berfungsi diterangkan dan menerangkan (DM) atau menerangkan dan diterangkan (MD).
                   contoh :                 kuda hitam (DM)
                                                anak ayam (DM)
                                                sudah datang (MD)
                                                dua orang (MD)

   l  Macam-macam frasa endosentris:
1)      Frasa atributif, yaitu frasa yang unsur pembentukannya menggunakan pola DM atau MD.
                   contoh :                ibu kandung (DM)
                                                rumah ibu (DM)
                                                tiga ekor (MD)
                                                seorang anak (MD)
                                                rumah bersejarah (MD)
2)      Frasa apositif, yaitu frasa yang salah satu unsurnya (pola menerangkan) dapat menggantikan kedudukan unsur intinya (pola diterangkan).
                   contoh :                Farahsi penari ular sangat cantik.
                                                   D                  M
                                                Yanto, anak Pak Lurah lulus ujian
                                                   D                               M
                                                SPMB.
3)      Frasa koordinatif, yaitu frasa yang unsur-unsur pembentuknya menduduki fungsi inti (setara).
               
       contoh :                ayah ibu
                                                susah senang
                                                warta berita
                                                sunyi sepi
                                                tua muda
4)      Frasa eksosentris, yaitu frasa yang salah satu unsur pembentuknya menggunakan kata tugas.
                    contoh :                dari Bandung
                                                kepada teman
                                                di kelurahan
                                                ke atap rumah
                                                pada malam hari
  1. Berdasarkan satuan makna yang dikandung / dimiliki unsur-unsur pembentuknya frasa terbagi menjadi :
l  Frasa biasa, yaitu frasa yang hasil pembentukannya memiliki makna sebenarnya (denotasi).
                contoh :     Ayah membeli kambing hitam.
                                Meja hijau itu milik adik.
l  Frasa idiomatik, yaitu frasa yang hasil pembentukannya menimbulkan/memiliki makna baru atau makna yang bukan sebenarnya (makna konotasi).
                Contoh :   Pak Aldin membanting tulang demi                        memenuhi kebutuhan keluarganya.
                                 Orang tua Lintang baru kembali dari                       Amerika.
l  Frasa idiomatik, yaitu frasa yang hasil pembentukannya menimbulkan/memiliki makna baru atau makna yang bukan sebenarnya (makna konotasi).
                Contoh :   Pak Aldin membanting tulang demi                        memenuhi kebutuhan keluarganya.
                                 Orang tua Lintang baru kembali dari                       Amerika.
l  Sebuah frasa dapat dibentuk oleh dua buah kata atau lebih yang dapat  disisipi kata lain.
                Contoh :    orang tua → orang yang tua
                                 meja hijau → meja yang hijau
l  Sebuah frasa dapat sebagai konstruksi sintaksis.
                Contoh :     Anak Pak Lurah / sangat cantik.
                                  Gadis yang berwajah ayu / baru                               datang / dari Jawa.
FRASA  AMBIGU
Frasa ambigu yaitu frasa yang menimbulkan makna ganda dalam pemakaian kalimat.
14. Definisi ( Pengertian ) Klausa
Arti Klausa adalah satuan gramatik yang terdiri atas S–P baik disertai O, PEL, dan KET maupun tidak. Dengan ringkas, klausa ialah S P (O) (PEL) (KET). Tanda kurung menandakan bahwa yang terletak dalam kurung itu bersifat manasuka, artinya boleh ada, boleh juga tidak ada.
Contoh:
Ketika orang-orang mulai menyukai ayam bekisar, Edwin sudah memelihara untuk dijual di pasaran.
Kalimat di atas terdiri dari empat klausa, yaitu:
1. (ketika) orang-orang mulai (S–P);
2. menyukai ayam bekisar (P–O);
3. Edwin sudah memelihara (S–P); dan
4. untuk dijual di pasaran (P–Ket.).
I. Klausa Berdasarkan Kategori Kata atau Frasa
Perhatikan kalimat di bawah ini!
Toni belum sempat mengunjungi kakeknya kemarin.
Klausa kalimat tersebut jika dianalisis secara fungsional, hasilnya sebagai berikut.
Description: E:\ARUM\browsing\bahasa indonesia\Definisi, jenis & macam Klausa (Bahasa Indonesia) - IsJustYoga1_files\klausa.JPG
II. Klausa Berdasarkan Struktur
Klausa dapat digolongkan berdasarkan tiga dasar.
1. Klausa Berdasarkan Struktur Intern
Unsur inti klausa ialah S dan P. Namun demikian, S sering kali dihilangkan dalam kalimat luas sebagai akibat penggabungan klausa dan dalam kalimat jawaban. Klausa yang terdiri atas S dan P disebut klausa lengkap, sedangkan klausa yang tidak ber-S disebut klausa tidak lengkap.
Contoh:
- Din tidak masuk sekolah karena din sakit.
Subjek din dalam anak kalimat dapat dihilangkan akibat penggabungan klausa din tidak masuk sekolah dan din sakit.
- Sedang bermain-main.
Sebagai jawaban pertanyaan Anak-anak itu sedang apa? Klausa dibagi menjadi dua macam, yaitu klausa lengkap dan klausa tidak lengkap. Klausa lengkap, berdasarkan struktur internnya, dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu klausa lengkap yang S-nya terletak di depan P, dan klausa lengkap yang S-nya terletak di belakang P. Klausa yang S-nya terletak di depan P disebut klausa lengkap susun biasa. Klausa lengkap yang S-nya terletak di belakang P disebut klausa lengkap susun balik atau
klausa inversi.
Contoh:
Klausa lengkap susun biasa
Description: E:\ARUM\browsing\bahasa indonesia\Definisi, jenis & macam Klausa (Bahasa Indonesia) - IsJustYoga1_files\Klausalengkapsusunbiasa.JPG
Klausa lengkap susun balik
Description: E:\ARUM\browsing\bahasa indonesia\Definisi, jenis & macam Klausa (Bahasa Indonesia) - IsJustYoga1_files\KlausaLengkapsusunbalik.JPG
Klausa tidak lengkap sudah tentu hanya terdiri atas unsur P, disertai O, PEL, atau KET.
Contoh:
e. sedang bermain-main
f. menulis surat
g. telah berangkat ke Jakarta
Klausa e terdiri atas P, klausa f terdiri atas P diikuti O, dan klausa g terdiri atas P diikuti KET.
2. Klausa Berdasarkan Ada Tidaknya Kata Negatif yang secara Gramatik Menegatifkan P
a. Klausa Positif
Klausa positif ialah klausa yang tidak memiliki kata negatif yang secara gramatik menegatifkan P.
Contoh:
- Mereka diliputi oleh perasaan senang.
- Mertua itu sudah dianggap sebagai ibunya.
b. Klausa Negatif
Klausa negatif ialah klausa yang memiliki kata-kata negatif yang secara gramatik menegatifkan P. Kata-katanegatif itu ialah tiada, tak, bukan, belum, dan jangan.
Contoh:
- Orang tuanya sudah tiada.
- Yang dicari bukan dia.
3. Penggolongan Klausa Berdasarkan Kategori Kata atau Frasa yang Menduduki Fungsi P
P mungkin terdiri atas kata atau frasa golongan N, V, Bil, dan FD. Berdasarkan golongan atau kategori kata atau frasa yang menduduki fungsi P, klausa dapat digolongkan menjadi empat golongan.
a. Klausa Nominal
Klausa nominal ialah klausa yang P-nya terdiri atas kata atau frasa golongan N.
Contoh:
- Ia guru.
- Yang dibeli orang itu sepeda.
Kata golongan N ialah kata-kata yang secara gramatik
mempunyai perilaku sebagai berikut.
- Pada tataran klausa dapat menduduki fungsi S, P, dan O.
- Pada tataran frasa tidak dapat dinegatifkan dengan kata tidak, melainkan dengan kata bukan, dapat diikuti kata itu sebagai atributnya, dan dapat mengikuti kata depan di atau pada sebagai aksisnya.
b. Klausa Verbal
Klausa verbal ialah klausa yang P-nya terdiri atas kata atau frasa golongan V.
Contoh:
- Petani mengerjakan sawahnya dengan tekun.
- Dengan rajin, bapak guru memeriksa karangan murid.
Kata golongan V ialah kata yang pada tataran klausa cenderung menduduki fungsi P dan pada tataran frasa dapat dinegatifkan dengan kata tidak. Misalnya kata-kata berdiri, gugup, menoleh, berhati-hati, membaca, tidur, dan kurus.

Berdasarkan golongan kata verbal itu, klausa verbal dapat digolongkan sebagai berikut.
1) Klausa verbal adjektif
Klausa ini P-nya terdiri atas kata golongan V yang termasuk golongan kata sifat atau terdiri atas frasa golongan V yang unsur pusatnya berupa kata sifat.
Contoh:
-- Udaranya panas sekali.
-- Harga buku sangat mahal.
2) Klausa verbal intransitif
Klausa ini P-nya terdiri atas kata verbal yang termasuk golongan kata kerja intransitif atau terdiri atas frasa verbal yang unsur pusatnya berupa kata kerja intransitif.
Contoh:
-- Burung-burung beterbangan di atas permukaan air laut.
-- Anak-anak sedang bermain-main di teras belakang.
3) Klausa verbal aktif
Klausa ini P-nya terdiri atas kata verbal yang termasuk golongan kata kerja transitif atau terdiri atas frasa verbal yang unsur pusatnya berupa kata kerja transitif.
Contoh:
-- Arifin menghirup kopinya.
-- Ahmad sedang membaca buku novel.
4) Klausa verbal pasif
Klausa ini P-nya terdiri atas kata verbal yang termasuk golongan kata kerja pasif atau terdiri atas frasa verbal yang unsur pusatnya berupa kata kerja pasif.
Contoh:
-- Tepat di muka pintu, aku disambut oleh seorang petugas.
-- Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh MPR untuk jangka waktu lima tahun.
5) Klausa verbal yang refleksif
Klausa ini P-nya terdiri atas kata verbal yang termasuk golongan kata kerja refleksif, yaitu kata kerja yang menyatakan perbuatan yang mengenai pelaku perbuatan itu sendiri. Pada umumnya kata kerja ini berbentuk kata kerja meN- diikuti kata diri.
Contoh:
-- Anak-anak itu menyembunyikan diri.
-- Mereka sedang memanaskan diri.
6) Klausa verbal yang resiprokal
Klausa ini P-nya terdiri atas kata verbal yang termasuk golongan kata kerja resiprokal, yaitu kata kerja yang menyatakan kesalingan . Bentuknya ialah (saling) meN-, saling ber-an dengan proses pengulangan atau tidak dan saling meN-.
Contoh:
-- Pemuda dan gadis itu berpandang-pandangan.
-- Mereka saling memukul.
c. Klausa Bilangan
Klausa bilangan atau klausa numeral ialah klausa yang P-nya terdiri atas kata atau frasa golongan bilangan.
Contoh:
- Roda truk itu ada enam.
- Kerbau petani itu hanya dua ekor.
Kata bilangan ialah kata-kata yang dapat diikuti oleh kata penyukat. rang, ekor, batang, keping, buah, kodi, helai, dan masih banyak lagi. Misalnya kata satu, dua, dan seterusnya; kedua, ketiga, dan seterusnya; beberapa, setiap, dan sebagainya; sedangkan frasa bilangan ialah frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata bilangan, misalnya dua ekor, tiga batang, lima buah, setiap jengkal, beberapa butir, dan sebagainya.
4. Klausa Depan
Klausa depan atau klausa preposisional ialah klausa yang Pnya terdiri atas frasa depan, yaitu frasa yang diawali oleh kata depan sebagai penanda.
Contoh:
a. Kredit itu untuk para pengusaha lemah.
b. Pegawai itu ke kantor setiap hari.
Dalam kalimat tertentu, klausa memiliki dua bagian, yakni klausa induk (induk kalimat) dan klausa subordinatif (anak kalimat). Keberadaan klausa induk dan klausa anak ini mensyaratkan konstruksi tataran sintaksis yang lebih besar.
Perhatikan contoh berikut ini!
Description: E:\ARUM\browsing\bahasa indonesia\Definisi, jenis & macam Klausa (Bahasa Indonesia) - IsJustYoga1_files\klausadepan.JPG
Penggabungan klausa induk dan klausa anak berarti klausa tersebut memasuki tahap struktur kalimat. Penghubungan antar klausa ini mensyaratkan kehadiran konjungsi (kata sambung). Dilihat dari perilaku sintaksisnya dalam kalimat, konjungsi dibagi menjadi empat kelompok, yaitu konjungsi koordinatif (dan, serta, atau, tetapi, . . .); konjungsi korelatif (baik . . . maupun . . .; entah . . . entah . . .; tidak hanya . . ., tetapi juga . . .; . . .); konjungsi subordinatif (sejak, karena, setelah, seperti, agar, dengan, . . . .); dan konjungsi antarkalimat (meskipun demikian begitu, kemudian, oleh karena itu, bahkan, lagi pula, . . .).
Contoh:
a. Dia menangis dan istrinya pun tersedu-sedu.
b. Entah disetujui entah tidak, dia tetap akan mengusulkan gagasannya.
c. Narto harus belajar giat agar naik kelas.
d. - Kami tidak sependapat dengan dia. Kami tidak akan menghalanginya.
d. - Kami tidak sependapat dengan dia. Biarpun begitu, kami tidak akan menghalanginya.
Konjungsi-konjungsi itu dapat menghubungkan kata, frasa, ataupun klausa. Dalam hubungannya dengan kata dan frasa, bentuk konjungsi bertindak sebagai preposisi. Dalam hubungannya dengan klausa, bentuk konjungsi bertindak sebagai murni konjungsi. Dengan demikian, kalimat frasa dan klausa pun dapat diidentifikasi.
Contoh:
Description: E:\ARUM\browsing\bahasa indonesia\Definisi, jenis & macam Klausa (Bahasa Indonesia) - IsJustYoga1_files\klausadepan2.JPG
Klausa Ibu tidak berbelanja sebagai klausa induk dan klausa uangnya habis sebagai klausa anak. Konjungsi karena sebagai konjungsi subordinatif-sebab yang menghubungkan dua klausa atau lebih dengan status sintaksis tidak sama. Jadi, ada klausa induk dan klausa anak.
15. Jenis-jenis Kalimat
      1.      Kalimat berdasarkan pengucapan
                  a)      Kalimat langsung adalah kalimat yang secara cermat menirukan ucapan orang. Kalimat langsung juga dapat diartikan kalimat yang memberitakan bagaimana ucapan dari orang lain (orang ketiga) dengan lngsung menirukan, mengutip atau mengulang kembali  ujaran dari sumber tersebut. Kalimat ini biasanya ditandai dengan tanda petik dua (“….”) dan Intonasi dari bagian kutipan bernada lebih tinggi dari bagian lainnya.
2.      Kalimat berdasarkan jumlah frasa (struktur gramatikalnya)
a)      Kalimat tunggal ialah kalimat yang hanya memiliki satu pola (klausa), yang terdiri dari subjek dan predikat. Kalimat tunggal merupakan kalimat yang paling sederhana. Kalimat tunggal yang sederhana ini dapat ditelusuri berdasarkan pola-pola pembentukannya.
§  Kalimat Nominal yaitu jenis kalimat yang pola predikatnya menggunakan kata benda.
Contoh: Adik perempuan saya ada dua orang.
§  Kalimat Verbal yaitu jenis kalimat yang menggunakan kata kerja sebagai predikatnya.
Dua jenis kalimat tunggal diatas dapat dikembangkan dengan menambahkan kata pada tiap unsur-
b)     Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri dari beberapa kalimat dasar. Struktur kalimat majemuk terdiri dari dua atau lebih kalimat tunggal yang saling berhubungan baik secara kordinasi maupun subordinasi.

Kalimat majemuk dapat dibedakan atas 3 jenis:
§  Kalimat Majemuk Setara (KMS) adalah kalimat yang terdiri dari 2 atau lebih kalimat tunggal, dan kedudukan tiap kalimat tunggal itu ialah setara baik secara struktur maupun makna kalimat itu. Struktur kalimat yang di dalamnya terdapat sekurang-kurangnya dua kalimat dasar dan masing-masing dapat berdiri sebagai kalimat tunggal.
§  Kalimat Majemuk Bertingkat(KMB) adalah penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat tunggal yang kedudukannya berbeda. Di dalam kalimat majemuk bertingkat terdapat unsur induk kalimat dan anak kalimat. Anak kalimat timbul akibat perluasan pola yang terdapat pada induk kalimat. Kalimat majemuk bertingkat mengandung satu kalimat dasar yang merupakan inti (utama) dan satu atau beberapa kalimat dasar yang berfungsi sebagai pengisi salah satu unsur kalimat itu. Konjungsi yang digunakan dalam kalimat majemuk bertingkat adalah ketika, karena, supaya, meskipun, jika, dan sehingga.
§  Kalimat Majemuk Campuran (KMC) adalah kalimat majemuk yang merupakan penggabungan antara kalimat majemuk setara dengan kalimat majemuk bertingkat. Minimal pembentukan kalimatnya terdiri dari 3 kalimat.
3.      Kalimat berdasarkan isi atau fungsinya
a)      Kalimat pernyataan (deklaratif) adalah Kalimat pernyataan dipakai jika penutur ingin menyatakan sesuatu dengan lengkap pada waktu ia ingin menyampaikan informasi kepada lawan berbahasanya. (Biasanya, intonasi menurun;tanda baca titik).
b)     Kalimat perintah adalah kalimat yang bertujuan untuk memberikan perintah kepada seseorang untuk melakukan sesuatu. Kalimat perintah dalam bentuk lisan biasanya diakhiri dengan intonasi yang tinggi, sedangkan pada bentuk tulisan kalimat ini akan diakhiri dengan tanda seru (!).
c)      Kalimat berita adalah kalimat yang isinya mengabarkan atau menginformasikan sesuatu. Dalam penulisannya kalimat ini diakhiri dengan tanda titik (.) dan dalam pelafalannya kalimat ini akan diakhiri dengan intonasi yang menurun. Biasanya kalimat berita akan berakhir dengan pemberian tanggapan dari pihak yang mendengar kalimat berita ini.
c)      Kalimat Tanya adalah kalimat yang bertujuan untuk mendapatkan informasi, biasanya kalimat ini akan diakhiri dengan pemberian tanda tanya (?).
d)     Kalimat seruan adalah kalimat yang dipakai untuk mengungkapkan perasaan (sakit, marah, terkejut, hairan, sindiran, sedih, takut, terperanjat, hiba, dan sebagainya). Dalam pelafalan biasanya ditandai dengan intonasi yang tinggi, sedangkan dalam penulisannya kalimat seruan akan diakhiri dengan tanda seru (!) atau tanda titik (.).
4.      Kalimat Berdasarkan Unsur Kalimat
Kalimat yang dilihat dari unsur kalimatnya dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
a.      Kalimat lengkap adalah kalimat yang setidaknya masih memiliki sebuah subjek dan sebuah predikat.
b.      kalimat tak lengkap adalah kalimat yang tidak sempurna. Kalimat dengan bentuk tidak sempurna kadang hanya berupa sebuah subjek saja, atau sebuah predikat, bahkan ada yang hanya berupa objeknya saja atau keterangannya saja. Kalimat tidak lengkap ini sering dipakai untuk kalimat semboyan, salam, perintah, pertanyaan, ajakan, jawaban, seruan, larangan, sapaan, dan kekaguman.
5.      Kalimat Berdasarkan Susunan  Pola Subjek-Predikat
Kalimat yang dilihat dari struktur Subjek & Predikatnya dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
§  Kalimat Versi
Kalimat versi adalah kata predikat yang mendahului kata subjek. Kalimat versi biasanya dipakai untuk penekanan atau ketegasan makna. Kata yang pertama kali muncul pada kalimat versi merupakan tolak ukur yang akan mempengaruhi makna kalimat, bahkan kata itu pula yang akan menimbulkan suatu kesan pada pendengarnya.
§  Kalimat Inversi
Kalimat inversi adalah kalimat yang susunan dari unsur-unsur kalimatnya sesuai dengan pola kalimat dasar bahasa Indonesia (S-P-O-K).
6. Berdasarkan Bentuk Gaya Penyajiannya (Retorikanya)
§  Kalimat Yang Melepas
Kalimat yang melepas akan terwujud jika kalimat tersebut diawali oleh unsur utama (induk kalimat) dan diikuti oleh unsur tambahan (anak kalimat). Unsur anak kalimat ini seakan-akan dilepaskan saja oleh penulisnya. Jika unsur anak kalimat tidak diucapkan, kalimat itu sudah bermakna lengkap.
§  Kalimat yang Klimaks
Kalimat klimaks akan terwujud jika kalimat tersebut diawali oleh anak kalimat dan diikuti oleh induk kalimat. Kalimat belum dapat dipahami jika hanya membaca anak kalimatnya. Sebelum kalimat itu selesai, terasa masih ada sesuatu yang ditunggu, yaitu induk kalimat. Oleh karen itu, penyajian kalimat ini terasa berklimaks dan terasa membentuk ketegangan.
§  Kalimat Yang  Berimbang
Kalimat yang berimbang disusun dalam bentuk kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk campuran, Struktur kalimat ini memperlihatkan kesejajaran bentuk dan informasinya.
7.      Kalimat Berdasarkan Subjeknya
Berdasarkan subjeknya kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
a)      Kalimat Aktif adalah kalimat yang subjeknya melakukan suatu pekerjaan/tindakan. Kalimat ini biasanya memiliki predikat berupa kata kerja yang berawalan me- dan ber-. Predikat juga dapat berupa kata kerja aus (kata kerja yang  tidak dapat dilekati oleh awalan me–saja), misalnya  pergi, tidur, mandi, dll  (kecuali makan dan minum).
Kalimat aktif dapat dibedakan lagi menjadi 2, yaitu:
·         Kalimat Aktif Transitif adalah kalimat yang berobjek dan tidak berpelengkap dan mempunyai tiga unsur wajib, yakni subjek, predikat, dan objek. Predikatnya biasanya berawalam “me-“ dan selalu dapat dirubah kedalam bentuk kalimat pasif yang predikatnya berawalan “di-“.
·         Kalimat Aktif Intransitif adalah kalimat yang berobjek dan tidak berpelengkap dan mempunyai tiga unsur wajib, yakni subjek, predikat, dan objek. Predikat pada kalimat ini biasanya berawalan “ber-“. Kalimat ini tidak dapat dirubah menjadi kalimat pasif.
·         Kalimat Semi Transitif adalah jenis kalimat yang tidak dapat dirubah kedalam bentuk pasif, hal itu dikarenakan adanya unsur pelengkap bukannya objek. Ciri-cirinya berupa adanya subjek,predikat,pelengkap,dan tanpa atau dengan keterangan.

b)     Kalimat Pasif adalah kalimat yang subjeknya melakukan suatu pekerjaan/tindakan. Kalimat bentuk ini memiliki predikat berupa kata kerja yang berawalan “di-“ dan “ter-“ dan diikuti kata depan “oleh”. Kalimat pasif dapat dibedakan menjadi 2 bentuk, yaitu:
·         Kalimat Pasif Biasa adalah kalimat pasif yang terdapat di kalimat aktif transitif. Untuk predikatnya sendiri selalu berawalan dengan imbuhan “di-“, “ter-“ dan “ke-an”.
·         Kalimat Pasif Zero adalah kalimat yang unsur objek pelaku berdekatan dengan unsur objek penderita tanpa ada sisipan dari kata yang lain. Ciri lainnya ialah unsur predikat berakhiran “-kan” sehingga membuat awalan “di-“ menghilang dari predikat. Predikat juga bisa menggunakan kata dasar yang bersifat kata kerja, kecuali kata kerja "aus" (kata kerja yang tidak bisa menggunakan awalan “me-“ dan “ber-“).
8.    Kalimat Mayor dan Minor
a)      Kalimat mayor adalah kalimat yang sekurang-kurangnya mengandung dua unsur pusat (inti). Kalimat mayor klausanya minimal harus terdiri atas subjek dan predikat.
b)   Kalimat minor adalah kalimat yang mengandung satu unsur pusat (inti). Kalimat minor hanya dibentuk oleh subjek atau predika atau objek bahkan keterangan saja. Meskipun hanya dibentuk dengan satu kata, kalimat minor dapat dipaham pesannya karena sudah diketahui konteksnya (kalimat,situasi,topic yang dibicarakan). Kalimat dapat berupa kalimat jawaban-jawaban singkat,seruan, pertanyaan, salam, dan sapaan.                              
4. Jenis-jenis Kalimat :
               1. Kalimat berdasarkan pengucapan
               2. Kalimat berdasarkan jumlah frasa (struktur gramatikalnya)
               3. Kalimat berdasarkan isi atau fungsinya
               4. Kalimat berdasarkan unsur kalimat
   5. Kalimat Berdasarkan Susunan  Pola Subjek-Predikat
               6. Kalimat berdasarkan bentuk gaya penyajiannya(retorikanya)
               7. Kalimat berdasarkan subjeknya
               8. Kalimat Mayor dan Minor
               9. Kalimat Efektif
16.  SPOK
17. Kata berimbuhan adalah kata-kata dasar yang mendapatkan imbuhan yang berupa awalan, akhiran, sisipan, dan awalan-akhiran. Imbuhan sendiri berfungsi untuk menambahkan arti atau maksud dari kata-kata dasar yang diberi imbuhan tersebut.
Macam-Macam Imbuhan
Dalam bahasa Indonesia ada 4 macam imbuhan yaitu awalan 
(Prefiks), sisipan (infiks), akhiran (sufiks), dan awalan-akhiran (konfiks). Berikut ini macam-macam imbuhan dalam bahasa Indonesia.

1. Awalan (Prefiks)
Prefiks adalah imbuhan-imbuhan yang diletakan pada awal kata dasar. Imbuhan-imbuhan yang
2. Sisipan (infiks)
Sisipan adalah imbuhan yang diletakan di tengah-tengah kata dasar. Bentuk-bentuk sisipan antara lain –el-, -em-, dan –er-. 
3. Akhiran (sufiks)
Akhiran sufiks adalah imbuhan yang diletakan pada akhir kata dasar. Ada beberapa macam bentuk imbuhan sufiks, diantaranya adalah –kan, -I, -an, -kah, -tah, dan –pun.
18. Makna Denotatif
Sebuah kata mengandung kata denotatif, bila kata itu mengacu atau menunjukan pengertian atau makna yang sebenarnya. Kata yang mengandung makna denotative digunakan dalam bahasa ilmiah, karena itu dalam bahasa ilmiah seseorang ingin menyampaikan gagasannya. Agar gagasan yang disampaikantidak menimbulkan tafsiran ganda, ia harus menyampaikan gagasannya dengan kata-kata yang mengandung makna denotative.

Makna denotatif ialah makna dasar, umum, apa adanya, netral tidak mencampuri nilai rasa, dan tidak berupa kiasan Maskurun (1984:10).

Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit maka wajar, yang berarti mkna kat ayang sesuai dengan apa adanya, sesuai dengan observasi, hasil pengukuran dan pembatasan (perera, 1991:69).
Makna denotatif didasarkan atas penunjukan yang lugas pada sesuatu diluar bahasa atau didasarkan atas konvensi tertentu (kridalaksana, 1993:40).

Berdasarkan pendapat diatas, maka penulis simpulkan bahwa makna denotative adalah makna yang sebenarnya, umum, apa adanya, tidak mencampuri nilai rasa, dan tidak berupa kiasan. Apabila seseorang mengatakan tangan kanannya sakit, maka yang dimaksudkan adalah tangannya yang sebelah kanan sakit.
Makna Konotatif
Sebuah kata mengandung makna konotatif, bila kata-kata itu mengandung nilai-nilai emosi tertentu. Dalam berbahasa orang tidak hanya mengungkap gagasan, pendapat atau isi pikiran. Tetapi juga mengungkapakan emosi-emosi tertentu. Mungkin saja kata-kata yang dipakai sama, akan tetapi karena adanya kandungan emosi yang dimuatnya menyebabkan kata-kata yang diucapkan mengandung makna konotatif disamping mkna denotatif.
Makna konotatif adalah makna yang berupa kiasan atau yang disertai nilai rasa, tambahan-tambahan sikap sosial, sikap pribadi sikap dari suatu zaman, dan criteria-kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual.

Seperti kata kursi, kursi disini bukan lagi tempat duduk, melaikan suatu jabatan atau kedudukan yang ditempati oleh seseorang. Kursi diartikan sebagai tempat duduk mengandung makna lugas atau makna denotatif. Kursi yang diartikan suatu jabatan atau kedudukan yang diperoleh seseorang mengandung makna kiasan atau makna konotatif.
Makna Leksikal
akna Leksikal ialah makna kata seperti yang terdapat dalam kamus, istilah leksikal berasal dari leksikon yang berarti kamus. Makna kata yang sesuai dengan kamus inilah kata yang bermakna leksikal. Misalnya : Batin (hati), Belai (usap), Cela (cacat).
Makna Gramatikal 
Makna gramatikal adalah makna kata yang diperoleh dari hasil perstiwa tata bahasa, istilah gramatikal dari kata grammar yang artinya tata bahasa. Makna gramatikal sebagau hasil peristiwa tata bahasa ini sering disebut juga nosi. Misalnya : Nosi-an pada kata gantungan adalah alat.
Makna Asosiatif
Makna asosiatif mencakup keseluruhan hubungan makna dengan nalar diluar bahasa. Ia berhubungan dengan masyarakat pemakai bahasa, pribadi memakai bahasa, perasaan pemakai bahasa, nilai-nilai masyarakat pemakai bahasa dan perkembangan kata sesuai kehendak pemakai bahasa. Makna asositif dibagi menjadi beberapa macam, seperti makna kolokatif, makna reflektif, makna stilistik, makna afektif, dan makna interpretatif.
1. Makna Kolokatif 
Makna kolokatif lebih berhubungan dengan penempatan makna dalam frase sebuah bahasa. Kata kaya dan miskin terbatas pada kelompok farase. Makna kolokatif adalah makna kata yang ditentukan oleh penggunaannya dalam kalimat. Kata yang bermakna kolokatif memiliki makna yang sebenarnya.
2. Makna Reflektif
Makna reflektif adalah makna yang mengandung satu makna konseptual dengan konseptual yang lain, dan cenderung kepada sesuatu yang bersifat sacral, suci/tabu terlarang, kurang sopan, atau haram serta diperoleh berdasarkan pengalaman pribadi atau pengalaman sejarah.
3. Makna Stilistika
Makna stilistika adalah makna kata yang digunakan berdasarkan keadaan atau situasi dan lingkungan masyarakat pemakai bahasa itu. Sedangkan bahasa itu sendiri merupakan salah satu cirri pembeda utama dari mahluk lain didunia ini. Mengenai bahasa secara tidak langsung akan berbicara mempelajari kosa kata yang terdapat dalam bahasa yang digunakan pada eaktu komunikasi itu.
4. Makna Afektif
Makna ini biasanya dipakai oleh pembicara berdasarkan perasaan yang digunakan dalam berbahasa.
5. Makna interpretatif 
Makna interpretatif adalah makna yang berhubungan dengan penafsiran dan tanggapan dari pembaca atau pendengar, menulis atau berbicara, membaca atau mendengarkan (parera,1991:72)
19.  Penjelasan mengenai kata baku
Kata baku adalah kata yang digunakan sudah sesuai dengan pedoman atau kaidah bahasa yang telah di tentukan, Atau kata baku merupakan kata yang sudah benar dengan aturan maupun ejaan kaidah bahasa Indonesia dan sumber utama dari bahasa baku yaitu Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Kata baku umumnya sering digunakan pada kalimat yang resmi, baik itu dalam suatu tulisan maupun dalam pengungkapan kata-kata.
Kata-kata baku yaitu kata yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang sudah di tentukan sebelumnya dan suatu kata bisa disebut dengan kata tidak baku jika kata yang digunakan tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. ketidakbakuan suatu kata bukan hanya ditimbulkan oleh salah penulisan saja, akan tetapi bisa juga disebabkan oleh pengucapan yang salah dan penyusunan suatu kalimat yang tidak benar. Biasanya kata tidak baku selalu muncul dalam percakapan kita sehari-hari.
Kata baku biasanya sering digunakan ketika:
  • Membuat karya ilmiah.
  • Membuat surat lamaran pekerjaan.
  • Membuat surat dinas, surat edaran dan surat resmi lainnya.
  • Membuat laporan.
  • Membuat nota dinas.
  • Saat berpidato dan rapat dinas.
  • Saat musyawarah atau diskusi.
  • Surat menyurat antara organisasi, instansi atau lembaga, dan lain-lain.

21. Ragam bahasa resmi

Ragam bahasa resmi adalah ragam bahasa yang biasa digunakan dalam suasana resmi atau formal, misalnya surat dinas, pidato dan makalah atau karya tulis.

Ciri-cirinya :
1. Digunakan dalam situasi resmi
2. Nada bicara yang cenderung datar
3. Kalimat yang digunakan kalimat lengkap
22. Kepaduan Makna (Koherensi)

Suatu paragfraf dikatakan koheren, apabila ada kekompakan antara gagasan yang dikemukakan kalimat yang satu dengan yang lainnya. Kalimat-kalimatnya memiliki hubungan timbal balik serta secara bersama-sama membahas satu gagasan utama. Tidak dijumpai satu pun kalimat yang menyimpang dari gagasan utama ataupun loncatan-loncatan pikiran yang membingungkan.

Keterpaduan Bentuk (Kohesi)

Apabila koherensi berhubungan dengan isi, maka kohesi atau keterpaduan bentuk berkaitan dengan penggunaan kata-katanya. Bisa saja satu paragraf mengemukakan satu gagasan utama, namun belum tentu paragraf tersebut dikatakan kohesif jika kata-katanya tidak padu.